Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah terus bergerak melemah dan berada di Rp 15.858 per dolar Amerika Serikat (AS) per Rabu (27/3). Level itu merupakan paling lemah sejak awal November 2023 atau hampir lima bulan terakhir.
Direktur Infovesta Utama Parto Kawito menilai, pelemahan rupiah disebabkan oleh suku bunga Federal Reserve yang belum kunjung diturunkan. Alhasil, spread dengan suku bunga Indonesia menjadi relatif kecil.
Di sisi lain, yield obligasi AS menurun dalam sebulan terakhir yang berarti harga obligasi AS naik. "Artinya, investasi di obligasi AS menarik sehingga investor menarik dananya dari negara berkembang dan kembali ke AS," kata Parto kepada Kontan.co.id, Rabu (27/3).
Dia memproyeksikan rupiah masih berpotensi melemah hingga semester I. Sebab, pada semester II diperkirakan Fed akan mulai menurunkan suku bunganya.
Baca Juga: Jelang Akhir Kuartal I, Kurs Rupiah Jisdor di Posisi Paling Lemah Sejak November 2023
Penguatan dolar AS diperkirakan akan memberikan dampak pelemahan ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). "Karena banyak emiten impor bahan baku dan memiliki utang dalam mata uang dolar AS, sehingga akan memberatkan untuk membayarnya," katanya.
Berdasarkan RTI, sepekan terakhir IHSG tercatat melemah 0,29%. Pada hari ini, IHSG juga melemah 0,75% ke 7.310,09.
Sejalan dengan itu, emiten-emiten yang memiliki eksposure besar terhadap dolar AS akan tertekan. Di sisi lain, emiten yang berorientasi ekspor dan memiliki utang dalam doalr AS yang kecil akan diuntungkan.
"MYOR, ICBP, ITMG, ADRO, dan SMSM menjadi beberapa saham yang diuntungkan," pungkas Parto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News