kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Melemah di tengah Menguatnya Data Domestik, Ini Penyebabnya


Selasa, 07 Februari 2023 / 20:47 WIB
Rupiah Melemah di tengah Menguatnya Data Domestik, Ini Penyebabnya


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turun di perdagangan Selasa (7/2) di tengah menguatnya data domestik. Rupiah spot melemah 0,61% ke Rp 15.148 per dolar AS dibandingkan kemarin (6/2), yaitu Rp 15.055 per dolar AS.

Sementara, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) melemah 0,56% ke Rp 15.139 per dolar AS dibandingkan kemarin, yaitu Rp 15. 055 per dolar AS.

Rupiah melemah di tengah kuatnya data ekonomi Indonesia. Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa (cadev) Indonesia pada bulan Januari 2023 naik menjadi US$ 139,4 miliar.

Cadangan devisa tersebut meningkat US$ 2,2 miliar, jika dibandingkan dengan posisi pada pada Desember 2022 sebesar US$ 137,2 miliar.

Baca Juga: Rupiah Kembali Melemah ke Atas Rp 15.000 Per Dolar AS, Bagaimana Prediksi ke Depan?

Sementara, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan IV-2022 yang tumbuh solid sebesar 5,01% secara tahunan. Secara full year, pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang tahun 2022 tumbuh sebesar 5,31%. Angka tersebut melampaui target yang ditetapkan Pemerintah, yakni sebesar 5,2%.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, tambahan cadev itu tak sesuai dengan ekspektasi pasar. Sebab, tambahan cadev hanya sekitar US$ 3 miliar.

Sementara, Indonesia telah melakukan penerbitan global bond yang nilainya sampai US$ 3 miliar ditambah dengan capital inflow di pasar obligasi sekitar US$ 3,6 miliar. Dikhawatirkan surplus trade balance akan lebih rendah di bulan Januari.

“Surplus trade balance itu akan berpengaruh ke current account yang menjadi salah satu fundamental dari mata uang suatu negara di sektor riil. Ini yang membuat terjadi penekanan terhadap rupiah,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (7/2).

Fikri mengatakan, fair value rupiah saat ini memang lebih rendah dari posisi di tahun 2011 yang berada di level Rp 8.000 – Rp 9.000 per dolar AS. Namun, Fikri mengatakan hal itu harus dilihat secara historikal, yaitu bagaimana current account Indonesia secara global.

“Dari 2011 hingga 2020 itu current account Indonesia defisit, sehingga nilai rupiah terus menurun. Baru pada tahun 2022 ini current account rupiah surplus, sehingga berpotensi membuat rupiah lebih terjaga selama 2022-2023,” ungkapnya.

Selain itu, defisit fiskal Indonesia tahun 2022 lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Hal itu yang membedakan kondisi rupiah saat ini berbeda dengan tahun 2011.

“Defisit fiskal tahun 2022 berhasil mencapai 2,38%. Ini yang membuat rupiah bisa tidak terlalu tertekan seperti tahun-tahun sebelumnya,” paparnya.

Fikri memaparkan, rupiah bisa saja menguat lagi ke level Rp 8.000 per dolar AS, tetapi kemungkinannya sangat kecil. Sebab, indeks dolar AS beberapa waktu terakhir kembali meningkat, sehingga membuat rupiah terdepresiasi.

“Ini yang bisa rupiah akan sangat sulit bisa terapresiasi dengan sangat tajam layaknya di tahun 2011, walaupun ada current account surplus di dalam negeri pada tahun 2022,” ungkapnya.

Baca Juga: Tertekan, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 15.139 Per Dolar AS Pada Selasa (7/2)

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS di tengah menguatnya data ekonomi domestik masih disebabkan oleh faktor eksternal. Menurutnya, rebound indeks dolar AS dipicu rilisnya data ketenagakerjaan AS yang solid dan bahkan melebihi perkiraan.

“Nonfarm Payroll tumbuh 517.000, 3 kali lipat dari ekspektasi pasar. Sementara, tingkat pengangguran turun 3,4%, padahal perkiraannya naik 3,6%,” katanya kepada Kontan, Selasa (7/2).

Dengan menguatnya data ketenagakerjaan AS itu, proyeksi suku bunga The Fed yang masih bisa naik di atas 5% kemungkinan akan terjadi. Padahal, kenaikan suku bunga akan selalu jadi sentimen yang memperberat aset-aset berisiko, terutama rupiah.

“Kenaikan suku bunga bisa memicu capital outflow dari emerging market yang biasanya menawarkan imbal hasil yang menarik. Akibatnya, dolar menguat dan rupiah melemah,” paparnya.

Fikri memperkirakan, nilai wajar rupiah selama 2023 ada di Rp 15.455 per dolar AS. Sementara, Alwi memprediksi nilai wajar rupiah sepanjang tahun 2023 ada di rentang Rp 14.800 – Rp 15.380 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×