Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset berisiko seperti rupiah dijauhi pelaku pasar karena khawatir pada penemuan strain baru virus corona yang dapat menular lebih cepat di Inggris. Kondisi ketidakpastian pemulihan ekonomi kembali muncul rupiah diproyeksikan melemah pada perdagangan, Rabu (23/12).
Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 0,53% ke Rp 14.205 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah di kurs tengah Bank Indonesia juga melemah 0,27% ke Rp 14.218 per dolar AS.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan rupiah berbalik melemah karena pelaku pasar kembali khawatir atas ditemukannya strain virus corona di Inggris. Kekhawatiran pelaku pasar tergambar dari Inggris yang kembali menerapkan lockdown dan membatasi perjalanan masuk dan keluar dari negara tersebut.
Kekhawatiran ini merembet pada redupnya optimisme pemulihan ekonomi global setelah vaksin Covid-19 ditemukan. "Aset berisiko cenderung melemah termasuk rupiah sementara dana banyak dialihkan ke safe haven seperti dolar AS," kata Alwi, Selasa (22/12).
Baca Juga: IHSG anjlok 2,31% pada Selasa (22/12), asing mencatat net sell Rp 338 miliar
Selain itu, Alwi mengatakan strain baru virus corona juga mengurangi optimisme pelaku pasar pada stimulus AS. Secara teori stimulus AS seharusnya bisa melemahkan dolar AS.
Namun, Alwi mengamati sentimen stimulus AS sudah diantisipasi pasar (priced in). Selain itu, stimulus AS senilai US$ 900 miliar juga berada di bawah ekspektasi pelaku pasar. Sebelumnya, pemerintah AS sempat merencanakan nilai stimulus sebesar US$ 2,2 triliun yang kemudian juga sempat direncanakan turun di US$ 600 miliar.
Di satu sisi, indeks dolar menyentuh level terendahnya sejak 2,5 tahun lalu dan memicu aksi bargain hunting. Alhasil rupiah tidak berdaya.
Baca Juga: Rupiah ditutup melemah 0,53% ke Rp Rp 14.205 per dolar AS, Selasa (22/12)
Secara teknikal Alwi memproyeksikan rupiah berpotensi lanjut melemah pada perdagangan besok. "Ketidakpastian mutasi virus masih memberatkan rupiah, apalagi dari dalam negeri reshuffle kabinet juga menimbulkan ketidakpastian," kata Alwi. Jelang libur panjang pelaku pasar juga cenderung tidak mau masuk ke pasar apalagi tengah kondisi ketidakpastian seperti saat ini.
Sementara, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan BI akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Josua memproyeksikan rupiah besok di Rp 14.150 per dolar AS hingga Rp 14.250 per dolar AS.
Alwi memproyeksikan rupiah melemah ke rentang Rp 14.170 per dolar AS-Rp 14.300 per dolar AS pada Rabu (23/12).
Baca Juga: Ini 7 cara Menkeu Sri Mulyani mengakselerasi pemulihan ekonomi di 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News