Reporter: Namira Daufina, Rinaldi Mohamad Azka | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rupiah masih rentan tergelincir pada awal pekan ini. Namun, katalis domestik bisa membatasi tekanan terhadap rupiah.
Jumat (8/1), di pasar spot, rupiah menguat tipis 0,03% ke Rp 13.923 per dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, rupiah terapresiasi 0,51% ke Rp 13.874 per dollar AS.
Penguatan rupiah pada akhir pekan lalu disokong katalis domestik, berupa kenaikan cadangan devisa. Research and Analyst Monex Investindo Futures Yulia Safrina bilang, dari eksternal, inflasi China per Desember yang meningkat berpotensi menyokong rupiah. “Jika China tidak bergejolak, mata uang Asia akan ikut merasakan dampak positif,” papar Yulia.
Namun ia mengingatkan, masih ada sentimen yang mungkin menjegal rupiah. Data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang dirilis Jumat lalu, cukup memuaskan. Ini bisa mendongkrak dollar AS, sehingga menekan rupiah. Efeknya, rupiah akan cenderung konsolidasi.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto menilai, tekanan terhadap rupiah akan didominasi perlawanan dari dollar AS. Indikator ekonomi Paman Sam yang bagus akan menguntungkan dollar.
Meski demikian Rully menduga, rupiah masih akan bertahan di bawah level Rp 14.000 per dollar AS. Dari dalam negeri, data cadangan devisa masih bisa menjadi amunisi bagi rupiah. Sekadar catatan, BI mengumumkan, cadangan devisa per Desember 2015 naik menjadi US$ 105,9 miliar, dari sebelumnya US$ 100,2 miliar.
Prediksi Rully, hari ini (11/1), mata uang Garuda melemah terbatas di kisaran Rp 13.840-Rp 13.950 per dollar AS. Sementara, Yulia menduga, rupiah konsolidasi antara Rp 13.735-Rp 13.990 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News