Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masih tingginya tekanan di pasar membuat minat investor untuk melirik aset berisiko cenderung lesu. Hal ini berlaku bagi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dunia. Kurs rupiah lesu seiring dengan kondisi pasar keuangan global yang tertekan dampak pandemi Covid-19.
Berdasarkan rangkuman Kontan.co.id, sepanjang periode 31 Desember 2019 hingga 30 Juni 2020, rupiah melemah terhadap dolar AS sebanyak 2,87%, yen Jepang 3,41%, euro 2,79% dan dolar Australia 0,5%. Sebaliknya, rupiah menguat 3,9% terhadap poundsterling Inggris dan 0,67% terhadap dolar Singapura.
Analis PT Bestprofit Futures Agus Prasetyo mengatakan, penyebaran virus corona masih menjadi faktor utama yang membuat pasar keuangan global tidak stabil. Kondisi tersebut tercermin dari bertambahnya jumlah kasus Covid-19 dan diyakini akan semakin menghambat pemulihan ekonomi global dan menurunkan minat investor untuk mengumpulkan aset berisiko, termasuk rupiah. "Sentimen pelaku pasar dan data ekonomi yang membaik masih belum mampu mengangkat kinerja rupiah," kata Agus kepada Kontan.co.id, Rabu (1/7).
Baca Juga: Walau dibayangi volatilitas, pasar obligasi masih punya prospek yang menarik
Di sisi lain, indeks dolar cenderung bergerak mendatar, setelah sempat melemah tipis lantaran pasar tengah menantikan rilis data manufaktur dan non-farm payroll pada Kamis (2/7). Selanjutnya, pelemahan rupiah dalam beberapa waktu terakhir juga dipicu oleh beberapa faktor.
Agus mengatakan, rilis data ekonomi IHS Markit mengumumkan PMI manufaktur Indonesia periode Juni 2020 berada di 39,1. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 28,6. PMI Juni juga menunjukkan bahwa pelemahan sektor manufaktur Indonesia sedikit mereda karena pelonggaran pembatasan sosial untuk mencegah penularan Covid-19.
Mengutip IHS Markit, dengan rencana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lebih lanjut, sentimen dunia usaha membaik. Namun pemulihan masih akan sangat menantang. Apalagi, Agus menambahkan, hasil survei menunjukkan bahwa produksi dan permintaan sudah turun signifikan sehingga butuh waktu untuk mengembalikannya.
Baca Juga: Rupiah melemah setelah UU keamanan Hong Kong disahkan
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi periode Juni 2020 sebesar 0,18% secara bulanan (mtm). Ini membuat inflasi tahunan (yoy) berada di level 1,96%. Angka tersebut tepat di bawah kisaran target bank sentral dari 2% hingga 4%, memicu ekspektasi pelonggaran lebih lanjut.
"Melansir Reuters, rupiah pada hari ini hampir melemah terhadap semua mata uang mayor, tekanan terhadap nilai tukar rupiah karena meningkatnya prospek penurunan suku bunga setelah data inflasi terbaru Juni 2020 berada di bawah kisaran target Bank Indonesia (BI)," ungkapnya.
Ke depan, pergerakan mata uang rupiah terhadap dolar AS diperkirakan masih akan bergerak melemah dengan kisaran di Rp 13.805 per dolar AS hingga Rp 14.475 per dolar AS. Namun tetap bisa menjadi pilihan, mengingat greenback merupakan salah satu aset safe haven.
Baca Juga: Ekonom IKS prediksi puncak inflasi tahun ini terjadi pada bulan Desember
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News