kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Spread Dengan US Treasury Makin Tipis, Masih Ada Outlflow Investor Asing di Pasar SUN


Senin, 24 Oktober 2022 / 19:20 WIB
Spread Dengan US Treasury Makin Tipis, Masih Ada Outlflow Investor Asing di Pasar SUN
ILUSTRASI. Dana asing masih mengalir keluar dari pasar Surat Utang Negara (SUN) atau Surat Berharga Negara (SBN).


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing masih mengalir keluar dari pasar Surat Utang Negara (SUN) atau Surat Berharga Negara (SBN). Alasan utamanya karena imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) yang terus naik dan sempat menyentuh level tertinggi sejak Juni 2008.

Sebagai gambaran, data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) pada 21 Oktober 2022 menunjukkan total kepemilikan investor asing di SBN sebesar Rp 715,97 triliun.

Padahal, posisi dana asing pada 30 September 2022 terpantau sebesar Rp 730,26 triliun. Artinya, sepanjang Oktober sudah terjadi outflow sebesar Rp 14,29 triliun. Sementara, kepemilikan asing di SBN dari awal tahun sudah berkurang sekitar Rp 178 triliun.

Vice President Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan bahwa terus keluarnya dana asing dari pasar SBN karena obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) berhasil menarik perhatian investor dengan memberikan yield yang jauh lebih menarik.

"Imbal hasil menjadi daya pikat utama bagi investor," kata Wawan saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (24/10).

Baca Juga: Kurs Rupiah Berpotensi Melemah, Antisipasi Rencana The Fed

Yield US Treasury tenor 10 tahun hari ini berada di 4,16%. Sedangkan yield SUN acuan tenor 10 tahun seri FR0091 berada di 7,61%.

Di akhir 2021 lalu, yield US Treasury tenor 10 tahun masih ada di 1,51%. Sedangkan yield FR0091 berada di 6,27%.

Artinya, selisih yield kedua obligasi negara tersebut turun dari 476 bps di akhir 2021 menjadi 345 bps. Sebagai pembanding, AS memiliki peringkat utang AA+. Sedangkan Indonesia memiliki peringkat utang BBB.

Baca Juga: Bahaya Resesi Mengintai, Saham dan Obligasi Bisa Jadi Agunan

Wawan memaparkan, kondisi tersebut erat kaitannya dengan kenaikan suku bunga. Dengan sikap Hawkish bank sentral Amerika menaikkan suku bunga, maka yield obligasi AS wajar berada pada tingkat yang lebih baik.

Bank Indonesia (BI) masih bersikap hedging terhadap kenaikan suku bunga. Aksi kerek suku bunga pada Oktober menjadi sebesar 4,75% belum memberikan imbal hasil yang lebih baik. Secara total, memang BI hanya menaikkan suku bunga sebesar 1% dari awal tahun 2022.

"Mereka (The Fed) menaikkan suku bunga dengan sangat ekstrem. Sehingga, yield US Treasury cukup tinggi yang menarik minat investor hampir di penjuru dunia," kata Wawan.

Baca Juga: Rupiah Anjlok, Dana Asing di Pasar SBN Terus Berkurang

Di sisi lain, arus dana asing keluar dari SBN karena volatilitas rupiah. Rupiah masih tertekan terhadap dolar yang kini berada pada level di atas Rp 15.500 per dolar AS.

Wawan menilai, sepanjang inflasi AS belum terkendali maka wacana kenaikan suku bunga The Fed masih akan terjadi. Hal itu mengindikasikan pula bahwa dalam waktu dekat pasar SBN belum mampu menarik kembali perhatian investor asing.

Adapun SBN seri benchmark masih jadi incaran asing diantaranya seri FR0091 dengan tenor 10 tahun, seri FR0063 yang akan jatuh tempo tahun depan, serta FR0095 dengan tenor 5 tahun.

Wawan bilang, tenor dari SBN menjadi pertimbangan utama investor karena berkaitan dengan panjang bunga. Lalu, investor juga mempertimbangkan kupon dari SBN, meskipun nampaknya masih bergerak flat sekitar 6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×