Reporter: Dina Farisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Nilai tukar rupiah keok, lantaran digempur isu domestik dan eksternal. Di pasar spot, Selasa (28/10), pasangan USD/IDR naik 0,50% dari hari sebelumnya menjadi Rp 12.169. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga mencatat, rupiah melemah 0,96% versus dollar AS ke Rp 12.158.
Analis pasar uang PT Bank Mandiri Tbk, Reny Eka Putri, mengatakan, rupiah loyo, lantaran pelaku pasar domestik kurang merespons baik susunan Kabinet Kerja. Ada menteri-menteri yang sesuai ekspektasi pasar (market friendly), tapi ada juga yang tidak sesuai ekspektasi pasar. "Di sisi lain, dollar AS terapresiasi menjelang pertemuan Bank Sental AS (The Fed), yang diperkirakan bakal mengakhiri program pembelian obligasi," ujarnya.
Reny menduga, pelemahan rupiah masih berlanjut pada Rabu (29/10). Selain karena isu The Fed, rupiah juga bisa tertekan akibat rencana Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merilis rapor para menteri. Apabila menteri terpilih memiliki rapor merah, kemungkinan akan dikaji ulang.
Albertus Christian, Senior Researcher and Analyst PT Monex Investindo Futures juga memperkirakan, rupiah masih akan terdepresiasi. "Dollar AS bakal lebih kuat jika data pertumbuhan durable goods AS dirilis naik," ujarnya.
Prediksi Christian, hari ini, rupiah akan bergulir melemah di kisaran Rp 12.115-Rp 12.230. Reny menebak, rupiah akan bergerak antara Rp 12.080-Rp 12.196.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News