Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pelemahan yang masih diderita dollar Amerika Serikat (AS) jadi keuntungan bagi rupiah untuk melanjutkan penguatannya. Dollar AS akan terus tertekan selama negeri Paman Sam turut andil dalam krisis geopolitik.
Di pasar spot, Rabu (12/4) valuasi rupiah terangkat tipis 0,05% menjadi Rp 13.275 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Berbeda, di kurs tengah Bank Indonesia posisi rupiah justru melemah 0,12% di level Rp 13.298 per dollar AS.
Josua Pardede, Ekonom Bank Permata menjelaskan pelemahan dollar AS yang terus berlanjut akibat serangan yang dilakukan ke Suriah dan pengiriman pasukan ke Korea jadi celah bagi keunggulan rupiah.
Hingga pukul 16.15 WIB indeks dollar masih terkikis 0,08% menjadi 100,63 dibanding hari sebelumnya. “Penguatan memang didulang oleh mayoritas mata uang Asia karena hal ini,” tutur Josua.
Apalagi di saat yang bersamaan harga minyak mentah dunia terus bergerak naik dan melanjutkan relinya. Sebagai mata uang berbasis komoditas tentu hal ini menyuntikkan tenaga tambahan bagi rupiah.
Belum berhenti di situ, laporan inflasi China Maret 2017 yang tumbuh 0,9% atau lebih tinggi dari Maret 2016 yang hanya 0,8% juga ikut menambah kekuatan mata uang Asia termasuk rupiah. Josua menduga penguatan ini bisa berlanjut pada Kamis (13/4) dengan syarat pada pidato Donald Trump, Presiden AS tidak memberikan pernyataan positif yang menenangkan pasar.
“Selama Trump memposisikan AS tetap ikut campur dalam perang di Suriah dan tidak menarik pasukannya dari Korea maka pelemahan dollar AS belum akan berakhir,” tebak Josua.
Ditambah minimnya data ekonomi AS terbaru yang akan rilis. Maka kans dollar AS membalikkan arah masih kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News