Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Edy Can
JAKARTA. Nilai tukar rupiah memukul PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang sedang membangun dua pabrik. Pelemahan nilai tukar rupiah itu menyebabkan biaya pembangunan pabrik Indarung VI di Sumatera Barat dan Rembang di Jawa Tengah membengkak.
Studi kelayakan yang dilakukan oleh Lembaga Pengabdian dan Penelitian Masyarakat Institut Teknologi Sepuluh November (LPPM ITS) melihat adanya kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar senilai 20,19% dari Rp 9.182 menjadi Rp 11.036. Kemudian, nilai tukar rupiah terhadap euro malah mengalami kenaikan yang lebih tinggi, yakni 29,95% dari Rp 11.477 ke posisi Rp 14.914.
Tadinya, SMGR menganggarkan dana Rp 6,96 triliun untuk investasi pembangunan dua pabriknya. Namun kini, biaya tersebut membengkak 19,1% menjadi Rp 8,29 triliun.
Rinciannya, pabrik Indarung VI mengalami kenaikan biaya pembangunan dari Rp 3,24 triliun ke posisi Rp 3,84 triliun. Dana investasi itu meningkat 18,18% atau Rp 590,95 miliar. Kemudian, kebutuhan untuk pabrik Rembang melonjak 19,78% atau Rp 735,21 miliar dari Rp 3,71 triliun menjadi Rp 4,45 triliun.
Sekretaris Korporasi SMGR Agung Wiharto bilang, pembangunan pabrik rencana strategis menjamin kontinuitas pasokan semen sehingga dapat mempertahankan pangsa pasar. SMGR memang terlihat masih menguasai pasar semen domestik. Sampai April 2014, pangsa pasar emiten ini adalah sebesar 43,91%.
Asal tahu saja, emiten pelat merah ini mulai membangun pabrik Indarung di tahun 2012. Nah, pabrik tersebut diperkirakan dapat selesai di kuartal keempat 2015. Lebih lanjut, pabrik Rembang mulai dibangun di 2015 dan diprediksi rampung di kuartal ketiga 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News