Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) mendorong salah satu peracik reksadana terbesar Tanah Air, PT Mandiri Manajemen Investasi, mengubah portofolio investasinya. Saham perusahaan pengekspor crude palm oil (CPO) dibidik sementara perusahaan meninggalkan emiten konstruksi.
Rupiah terkoreksi 6,1% terhadap dollar AS selama kuartal ini, dan menjadi kurs paling terhantam keras di antara 24 negara berkembang lainnya. Dari dua kali pengalaman pelemahan rupiah sebesar ini selama satu kuartal, Jakarta Agricultural Index melompat sekitar 20% di tiga bulan berikutnya.
Indeks saham khusus sektor perkebunan ini misalnya loncat 17% di kuartal pertama 2009 dan naik 22% di kuartal keempat 2013, setelah rupiah melemah di kuartal sebelumnya. Padahal, indeks untuk konstruksi dan properti & real estate minus ketika itu.
Dus, PT Mandiri Manajemen Investasi juga mengantisipasi reli berikutnya. "Pelemahan rupiah yang bersamaan dengan kenaikan harga CPO meingkatkan prospek laba ekspor perusahaan perkebunan," kata Priyo Santoso, Chief Investment Officer MMI pada Bloomberg.
Menurut dia, saham perkebunan selama ini menjadi instrumen lindung nilai ketika dollar AS menguat. Sebaliknya, MMI menilai saham konstruksi sudah mahal. "Harga komoditas telah mencapai bawah sedangkan saham konstruksi sudah naik signifikan. Jadi ini bagian dari rotasi," kata Priyo.
Rupiah jatuh ke Rp 12.099 per dollar AS hari ini, sedangkan di akhir Maret Rp 11.360 per dollar AS. Dalam periode ini, indeks Jakarta Agricultural naik 0,7%, tertinggi selama enam pekan. Sedangkan acuan sektor konstruksi hanya naik 0,3%.
Kenaikan hasil ekspor ketika rupiah melemah sudah terlihat dari emiten perkebunan. Rata-rata harga jual CPO PT Astra Agro Lestari misalnya naik menjadi Rp 8.949 per kilogram, dan Rp 6.464 di tahun sebelumnya.
Tak mau buru-buru
Namun, masih ada yang enggan buru-buru melepas saham konstruksi. Arief Wana, Direktur PT Ashmore Asset Management Indonesia mengatakan, peluang penguatan saham ini terbuka lantaran pemerintah Indonesia baru bakal mendorong pertumbuhan infrastruktur.
"Ini adalah sektor yang akan menikmati pertumbuhan selama beberapa tahun. Pemerintah selanjutnya akan mendorong belanja infrastruktur," kata Wana. Menurut dia, terlalu berisiko mengubah portofolio berdasarkan pergerakan rupiah.
Dua kandidat presiden Indonesia Joko Widodo dan Prabowo Subianto selalu mengumandangkan pertumbuhan infrastruktur dalam negeri. Jokowi bilang akan membangun 2.000 kilometer jalan baru, sepuluh pelabuhan, dan sepuluh zona industri.
Sedangkan Prabowo berjanji membelanjakan Rp 1.400 triliun dalam lima tahun untuk membangun 3.000 km jalan, 4.000 rel, termasuk bandara, pelabuhan, pembangkit listrik, dan jaringan telekomunikasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News