Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
"Kita berharap saja kondisi jadi lebih baik, karena sejatinya Trump sudah melakukan intervensi membeli minyak untuk menyelamatkan harga minyak dunia, sementara di Wuhan jumlah kasus corona baru juga sudah tidak ada," kata Alwi.
Namun, jika di dalam negeri kasus corona masih terus naik, Alwi memproyeksikan rupiah berpotensi kembali melemah.
Sementara, Fikri menilai langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ia nilai baik untuk menjamin likuiditas dolar AS di pasar. Rupiah pun memiliki kesempatan untuk menguat karena adanya tripel intervensi BI di pasar spot dan DNDF serta Surat Utang Negara (SUN) di tengah Kementerian Keuangan masih menjaga APBN dan insentif fiskal.
Baca Juga: Rupiah dekati Rp 16.200 per dolar AS, Gubernur BI: Tak sama dengan 1998 atau 2008
Namun, kembali lagi, persepsi risiko asing terkait risiko domestik khususnya penyebaran pandemi corona, penurunan harga minyak dan risiko sektor riil serta pasar keuangan masih menghantui nilai tukar rupiah untuk menguat.
Jika persepsi risiko di pekan depan membaik dan capital outflow bisa lebih terkendali, Fikri memproyeksikan sepekan depan rupiah perlahan bisa menguat ke Rp 14.780 per dolar AS hingga Rp 16.780 per dolar AS.
Namun, jika persepsi risiko memburuk, Fikri khawatir rupiah berpotensi bergerak di rentang Rp 15.630 per dolar AS hingga Rp 17.630 per dolar AS.
Baca Juga: KSSK perkuat pantauan stabilitas sistem keuangan di tengah tekanan
Sementara, sepekan depan Alwi memproyeksikan rupiah di rentang Rp 15.620 per dolar AS hingga Rp 16.400 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News