Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah berhasil menutup perdagangan Kamis (27/11/2025) dengan penguatan tipis di tengah rentetan tekanan yang membayangi dalam beberapa waktu terakhir.
Di pasar spot, nilai tukar rupiah berhasil mempertahankan penguatan hingga akhir perdagangan Kamis (27/11/2025) dengan kenaikan 0,17% ke level Rp 16.636 per dolar Amerika Serikat (AS).
Sementara mengacu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah juga tercatat menguat 0,17% atau sekitar 29 poin menjadi Rp 16.644 per dolar AS.
Namun, apresiasi ini masih bersifat sementara karena pasar tetap dibayangi ketidakpastian arah kebijakan domestik serta prospek pemangkasan suku bunga acuan.
Meski mengalami penguatan hari ini, sebenarnya rupiah telah mengalami tekanan beberapa waktu terakhir. Sejalan dengan ini, saat ini keyakinan pasar bahwa peluang Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan di bulan Desember 2025 meningkat, menjadi 80%.
Baca Juga: Rupiah Menguat Didukung Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyebut bahwa dampak peluang pemangkasan suku bunga The Fed yang meningkat ini tidak terlalu besar terhadap pergerakan rupiah.
Sentimen tersebut hanya akan meredakan tekanan sementara, tetapi rupiah masih tertekan oleh sentimen lain, yakni prospek pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).
Lebih lanjut, beberapa waktu terakhir rupiah terus mengalami tekanan meskipun indeks dolar AS (DXY) juga melemah. Normalnya, rupiah bisa menguat ketika indesk dolar AS mengalami pelemahan.
Kata Lukman, hal ini terjadi sejalan dengan pemerintah yang masih terus memproritaskan ekspansi ekonomi dengan kebijakan-kebijakan yang longgar.
“Selain itu juga BI perlu menyesuaikan tingkat suku bunga untuk mendukung program pemerintah, dengan begitu maka rupiah akan terus dalam tekanan,” kata Lukman kepada Kontan, Kamis (27/11/2025).
Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.636 Per Dolar AS Hari Ini (27/11), Asia Meguat
Sementara Ibrahim Assuaibi Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas menyebut, jika pelemahan rupiah yang terus terjadi ketika indeks dolar AS mengalami pelemahan ialah disebabkan kebingungan pasar mengenai arah kebijakan Indonesia.
“Pelaku pasar itu kebingungan kemana gitu, apakah memihak ke Menteri Keuangan Purbaya atau lebih condong memihak ke Bank Indonesia. Lebih condong maksudnya melihat perspektif untuk perkiraan pertumbuhan ekonomi ke depan,” jelas Ibrahim.
Selain itu, sentimen global seperti gejolak pasar yang terjadi setelah serangkaian data ekonomi Tiongkok yang menunjukkan hasil cukup baik dalam beberapa bulan terakhir dan AS yang terus melanjutkan rencana perdamaian Rusia-Ukraina, juga turut jadi pendorong.
Lebih dalam, Lukman bilang sentimen pergerakan rupiah ke depan pada tahun 2026 secara umum masih akan dipengaruhi oleh suku bunga acuan The Fed dan BI.
Dinilainya tahun depan perang dagang sudah akan mencapai titik balik, sehingga sentimen-sentimen positif dan kesepakatan baru terutama antara China dan AS akan muncul.
“Apabila perang Ukraina berakhir, hal ini bisa mendukung sentimen aset dan mata uang beresiko seperti rupiah,” lanjut Lukman.
Dengan berbagai katalis dan sentimen di atas, Lukman memproyeksi rupiah akan bergerak di rentang Rp 16.500 – Rp 16.800 pada awal tahun 2026.
Sementara Ibrahim, berdasarkan data hari ini memperkirakan di awal tahun 2026 rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.600 – Rp 16.750 per dolar AS.
Selanjutnya: Rights Issue PANI Hingga CSIS Terjegal Restu OJK, Begini Dampaknya
Menarik Dibaca: 5 Vitamin Penghilang Flek Hitam di Wajah, Salah Satunya Vitamin B3
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













