Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali ditutup melemah pada perdagangan, Selasa (2/3). Pelemahan seiring dengan kenaikan yield US Treasury yang dilatarbelakangi prospek pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bloomberg,mata uang rupiah melemah 0,49% ke level Rp 14.325. Demikian halnya dengan kurs tengah Bank Indonesia juga melemah 0,05% ke Rp 14.307 per dolar AS.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menyebutkan USD/IDR pada sesi Senin pagi (1/3) ditutup imbang dengan harga pembukaan di kisaran Rp 14.225. Kemudian, hari ini kembali menguat mendekati tingkat resistance hari Senin Rp 14.310.
"Posisi harga saat ini berada pada angka kisaran Rp 14.300," ujarnya kepada kontan.co.id, Selasa (2/3).
Pelemahan rupiah hari ini, menurutnya merupakan lanjutan koreksi dalam sehari sebelumnya di tengah kecenderungan penguatan mata uang dolar AS secara global.
Baca Juga: Ini sentimen yang menyeret rupiah ke Rp 14.325 per dolar AS pada penutupan hari ini
"Dolar AS di bawah posisi satu minggu tertingginya, agak terkoreksi dengan rebound teknikal risk currencies dari tekanan dalamnya minggu lalu dan hari ini dolar indeks kembali menguat di level 91,38 dengan puncak krusial 91,58," jelasnya.
Sutopo bilang, secara teknikal mata uang rupiah sedang bearish namun sudah di sekitar support kuatnya dengan peluang rebound teknikal setelah koreksi tajam.
Rentang pergerakan pasar semingu ini diperkirakan antara Rp 14.225 – Rp 14.425 per dolar AS.
Sementara, untuk Rabu (3/3) rupiah diproyeksikan masih akan melemah sehingga akan bergerak di kisaran Rp 14.330 - Rp 14.415.
Menurutnya, penguatan dolar AS yang membuat rupiah melemah, didukung oleh sentimen luar yang mengacu pada pergerakan tren imbal hasil obligasi dari surat utang pemerintah AS (US Treasury) yang meningkat. Serta oleh data ekonomi AS yang membaik IMP Manufaktur ISM AS naik menjadi 60,8 di bulan Februari, dari 58,7 di atas ekspektasi 58,9.
"PMI Manufaktur terus menunjukkan ekspansi yang kuat dan pertumbuhan ekonomi AS di bulan Februari. Empat dari lima subindex yang secara langsung memperhitungkan PMI berada di wilayah pertumbuhan dan berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan bulan Januari. Sentimen luar yang akan mempengaruhi pergerakan harga adalah laporan upah non pertanian pada hari Jumat (5/3)," terangnya.
Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana memproyeksikan rupiah pada Rabu (3/3) masih akan melemah. Menurutnya, dalam jangka pendek masih ada tekanan, khususnya dari luar negeri, yakni kenaikan yield US treasury.
"Kenaikan yield US treasury sangat memberikan risiko jangka pendek dan sentimen jangka pendek yang lebih negatif bagi negara berkembang," ujarnya.
Di saat yang sama, pasar saham di negara maju sangat volatile karena peningkatan risiko geo-politik beberapa waktu terakhir antara terutama China dengan Amerika.
Sentimen lainnya, harga minyak dunia relatif lebih rendah, serta adanya risiko dari beberapa instrumen yang sebelumnya belum menjadi instrumen utama seperti virtual currency.
Akibatnya, ia memproyeksikan dalam satu minggu ke depan rupiah masih akan terdepresiasi. "Untuk Rabu (3/3) rupiah akan bergerak di antara Rp 14.300 - Rp 14.400," sebutnya.
Senada, Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf memproyeksikan imbal hasil US treasury masih akan memberatkan rupiah atas dollar dan membaiknya IMP Manufaktur ISM AS. Karenanya, ia memprediksi rupiah masih akan bergerak melemah.
"Untuk Rabu (3/3), support ada di kisaran Rp 14.275 dan resistance di Rp 14.455," sebutnya.
Selanjutnya: Tak bertenaga, rupiah ditutup melemah ke Rp 14.325 per dolar AS pada hari ini (2/3)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News