Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah di pasar spot pada perdagangan hari ini bakal bergantung pada data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2020. Jika realisasi pertumbuhan di periode April-Juni 2020 mengecewakan, otomatis rupiah kembali melemah.
"Apabila pertumbuhan menurun tajam di bawah proyeksi pemerintah sebesar minus 5%, akan terjadi aksi jual di pasar keuangan. Market menanti seberapa dalam kontraksi ekonomi Indonesia akibat dari pandemi virus corona," kata Ekonom Indef Bhima Yudhistira kepada Kontan.co.id, Selasa (4/8).
Baca Juga: Wall Street kembali melaju ditopang saham Apple dan penantian stimulus baru
Dia pun menambahkan, selain data pertumbuhan ekonomi kuartal II, pelaku pasar juga menanti proyeksi ekonomi di kuartal berikutnya. Selain itu, data ini bakal menjadi benchmark risiko untuk kinerja ekonomi berikutnya.
Bhima menyebut, sentimen eksternal juga akan jadi salah satu katalis. Di mana, perkembangan kasus virus corona secara global, maupun spesifik di AS masih dinantikan pasar. Selain itu update antivirus yang sedang di uji coba membuat investor global wait and see.
"Oleh sebab itu, yang perlu dicermati adalah pengalihan aset para pelaku pasar ke safe haven seperti dolar dan emas," tegas Bhima. Ia pun memperkirakan, nilai tukar rupiah cenderung bergerak pada teritori melemah di antara Rp 14.690 per dolar AS-Rp 14.800 per dolar AS pada hari ini.
Seperti diketahui, kemarin, rupiah ditutup menguat tipis 0,03% ke level Rp 14.625 per dolar AS. Kompak, rupiah di kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga berhasil menutup hari ini dengan penguatan. Mata uang Garuda tercatat naik 0,11% ke level Rp 14.697 per dolar AS.
Baca Juga: Bersiaplah IHSG hari ini bisa terbang lagi, saham berikut bisa jadi pilihan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News