Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi berlanjut. Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, volatilitas pasar valuta asing masih akan tinggi akibat risiko stagflasi global yang berlanjut dan kebijakan hawkish bank sentral AS ke depannya.
Indeks dollar meningkat ke level 112,9 (+17,19 bps), mengindikasikan penguatan dolar AS masih tetap berlanjut terhadap major currencies. Federal Open Market Committee (FOMC) Meeting pada September 2022 memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps menuju batas atas 3,25%.
Kebijakan ini diambil sebagai respons terhadap inflasi AS yang meningkat tajam. Secara total, bank sentral AS The Fed sudah menaikkan suku bunga sebesar 300 bps sepanjang tahun 2022 berjalan.
Baca Juga: Tak Berdaya, Rupiah Spot Ditutup Melemah Rp 15.358 Per Dolar AS Hari Ini (11/10)
“Data sektor tenaga kerja AS yang membaik dengan tingkat pengangguran yang menurun ke 3,5% pada September 2022 turut mendukung penguatan dolar AS,” kata Reny dalam risetnya yang diterima Kontan.co.id, Selasa (11/10).
Pada perdagangan pekan ini, terdapat rilis data ekonomi global yang dapat dicermati oleh pelaku pasar, seperti data inflasi AS yang diprediksi tetap tinggi di level 8,1% secara tahunan pada September 2022. Data lain yang dapat dicermati adalah dan produksi industri Uni Eropa diprediksi tumbuh sebesar 0,5% secara tahunan pada Agustus 2022.
Pada perdagangan minggu ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan bergerak ke kisaran Rp 15.175-Rp 15.380. Pada Selasa (11/10), kurs rupiah melemah 0,26% ke level Rp 15.357,50 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News