Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah pada Jumat (25/9) sempat melemah mendekati Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) sebelum akhirnya ditutup menguat. Ekonom memproyeksikan secara fundamental rupiah berpotensi menguat tetapi bisa terganjal melemah ke Rp 15.000 per dolar AS bila revisi UU Bank Indonesia yang mengancam independensi disahkan.
Mengutip Bloomberg, rupiah sempat melemah ke Rp 14.919 per dolar AS hingga akhirnya ditutup menguat 0,12% ke Rp 14.872 per dolar AS. Sedangkan kurs referensi Jisdor hari ini melemah tipis 0,01% ke Rp 14.951 per dolar AS.
Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan, rupiah sempat melemah karena respons negatif pelaku pasar pada pernyataan The Fed yang bisa saja menaikkan suku bunga sebelum inflasi capai 2%. Namun, rupiah kembali bergerak menguat karena pelaku pasar juga mempertimbangkan kemungkinan adanya stimulus tambahan dari AS. "Stimulus bertambah maka likuiditas dolar AS juga bertambah, suplai dolar AS naik, rupiah berpotensi menguat," kata Fikri, Jumat (25/9).
Baca Juga: Tekanan dolar AS bikin kurs rupiah melemah 0,94% dalam sepekan
Hingga akhir tahun, Fikri menilai fundamental dalam negeri cukup kuat untuk tidak membawa rupiah melemah ke Rp 15.000 per dolar AS. Tapi, tidak bisa dipungkiri, revisi UU BI yang mengancam independensi BI berpotensi berakibat buruk ke nilai tukar rupiah.
Menurut Fikri, revisi UU BI menyulut kekhawatiran pelaku pasar pada independensi BI yang memiliki otoritas tertinggi dalam menstabilkan rupiah. "Ada ketakutan independensi BI berkurang sehingga tujuan BI dalam menjaga tingkat inflasi dan menstabilkan rupiah akan termarjinalkan dengan masuknya otoritas fiskal," kata Fikri.
Jika pemulihan ekonomi berjalan lancar, rupiah berpotensi menguat ke Rp 14.600 per dolar AS. Namun, bila revisi UU BI direspons negatif pelaku pasar maka rupiah berpotensi melemah ke Rp 15.200 per dolar AS di akhir tahun.
Baca Juga: IHSG melemah 2,24% sepekan, ini sebabnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News