kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah berpotensi menguat hari ini (30/8), ini katalisnya


Senin, 30 Agustus 2021 / 06:24 WIB
Rupiah berpotensi menguat hari ini (30/8), ini katalisnya
ILUSTRASI. Proyeksi rupiah hari ini dan akhir tahun 2021


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pidato Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang cenderung dovish pada simposium Jackson Hole berpotensi mendukung pergerakan rupiah di awal pekan. Terlebih, usai pernyataan Powell, indeks dolar Amerika Serikat (AS) melemah.

Seperti diketahui, dalam pidatonya di akhir pekan lalu, Powell tidak menjelaskan dengan gamblang rencana tapering yang akan dilakukan The Fed. Berlindung dibalik lonjakan kasus Covid-19 varian Delta di AS, Powell juga menegaskan bahwa inflasi saat ini hanya berlangsung sementara dan bank sentral tidak terburu-buru menaikkan suku bunga. 

Pernyataan Powell ini berbanding terbalik dengan komentar sejumlah pejabat The Fed sebelum Jackson Hole digelar. Beberapa pejabat The Fed bahkan menyebut, bank sentral AS akan mengurangi pembelian obligasi senilai US$ 120 miliar per bulan mulai tahun ini. 

Baca Juga: Risiko tapering off membayangi, ekonom imbau BI lakukan stress test segera

Senior Economist Sucor Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, dengan arah pengurangan pembelian aset yang lebih lama, indeks dolar memang cenderung menurun atau bergerak stagnan. 

Walau begitu, Fikri melihat dengan ada atau tidaknya tapering, rupiah tetap akan mengalami tekanan di sisa tahun ini. Akan tetapi, ia berpandangan kalau tekanan tidak akan sebesar pada tahun 2013-2015 saat taper tantrum terjadi.

“Karena dari kekuatan rupiah sendiri, neraca dagang sudah positif sekarang, current account deficit juga lebih rendah, dalam artian devisanya lebih kuat, saya pikir ini menjadi salah satu pembantu bagi rupiahnya, kenapa rupiahnya bisa lebih kuat sekarang,” ujar Fikri.

Akan tetapi Fikri melihat ada risiko yang dihadapi rupiah. Apabila rupiah terapresiasi terlalu dalam, dia menaksir Bank Indonesia (BI) akan memanfaatkan momen ini untuk sedikit melakukan depresiasi ke rupiah untuk berada di level Rp 14.500-Rp 14.600 per dolar AS sampai akhir tahun.

Baca Juga: Rupiah berpotensi tertekan setelah The Fed berkomentar hawkish

“Ini agar barang ekspor kita kompetitif, karena di saat yang sama konsumsi belum pulih ke level pra-pandemi, dan investasi juga seperti itu. Jadi mungkin ini salah satu bentuk dorongan Bank Indonesia juga untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Fikri kepada Kontan.co.id, Jumat (27/8).

Akan tetapi, dia melihat, saat ini masih ada risiko geopolitik Afganistan yang akan mempengaruhi dolar AS. “Pertama dari Taliban dan kedua dari kematian warga AS akibat bom bunuh diri yang terjadi di pekan lalu,” kata Fikri.

Sementara itu, Presiden Komisoner HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo menambahkan, dengan tidak banyaknya perubahan sampai akhir tahun, maka akan membuat The Fed meninjau kembali data pekerjaan bulan Agustus pada awal September nanti. 

Sutopo memperkirakan, di akhir tahun rupiah masih akan bertahan di level Rp 14.500 per dolar AS. “Langkah tapering, tidak sama dengan kenaikan suku bunga karena akan mempertimbangkan data pekerjaan dan inflasi,” pungkas dia.

Baca Juga: Mata uang Asia perkasa terhadap dolar AS, baht Thailand pimpin penguatan di pekan ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×