Reporter: Sofyan Nur Hidayat, Yuthi Fatimah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Nilai tukar rupiah berpotensi kembali melemah pada hari ini. Di pasar spot kemarin (25/11), kurs rupiah versus dollar Amerika Serikat (AS) ditutup di Rp 12.164 melemah 0,09% dibandingkan hari sebelumnya. Kurs tengah Bank Indonesia juga memperlihatkan, rupiah terdepresiasi 0,36% menjadi Rp 12.166.
Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures menilai, pelemahan rupiah kemarin karena aksi ambil untung investor di pasar obligasi domestik. Sebelumnya, sempat terjadi capital inflow pasca pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Tapi pasar sudah jenuh beli dan investor asing melakukan profit taking," kata Christian. Ia menduga, rupiah pada hari ini bakal kembali melemah. Faktor eksternal lebih mendominasi. Maklum, Paman Sam akan mengumumkan berbagai data ekonomi, seperti produk domestik bruto (PDB) AS kuartal tiga yang diprediksi tumbuh 3,3%, lebih baik dari estimasi sebelumnya 3,28%.
kepercayaan konsumen pada November diperkirakan 95,9, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 94,5. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, rupiah masih bergerak flat. Pemangkasan suku bunga China untuk memperbaiki kondisi perekonomian negeri itu, bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah. "Upaya China memulihkan kembali perekonomiannya membuat ekspor Indonesia bertambah, terutama komoditas," kata David.
Harga minyak mentah yang cenderung melemah juga mengurangi biaya impor Indonesia. Namun, USD/IDR masih bergerak flat karena Bank Sentral AS berencana menaikkan suku bunga The Fed.
Hari ini, David menebak rupiah bergerak flat di kisaran Rp 12.140-Rp 12.180. Sedangkan Christian memprediksi rupiah melemah di Rp 12.130-Rp 12.190.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News