Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
Apalagi, spread yield US Treasury dengan Surat Utang Negara (SUN) cenderung semakin lebar. "Ini kesempatan rupiah masih bisa menguat," kata Reny.
Selain itu, rupiah berpotensi menguat karena bank sentral global cenderung melanjutkan kebijakan akomodatif dengan tidak akan menaikkan suku bunga acuanya dan melakukan quantitavie easing.
"Akibatnya, kebijakan akomodatif tersebut bisa melemahkan mata uang mereka sendiri dan ini kesempatan rupiah untuk menguat," kata Reny.
Baca Juga: Pertamina berharap program diskon dan cashback dapat meningkatkan penjualan BBM
Untuk perdagangan rupiah di awal pekan, Reny mengatakan pelaku pasar tengah mengantisipasi data tenaga kerja AS. Jika data tersebut dirilis dengan hasil negatif maka rupiah berpotensi kembali menguat di rentang Rp 14.820 per dolar AS hingga Rp 15.000 per dolar AS.
Kompak, Alwi mengatakan, jika AS dan China memperkuat kerjasama ekonomi maka rupiah berpotensi menguat ke rentang Rp 14.800 per dolar AS hingga Rp 14.980 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News