kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Rupiah berbalik unggul jika BI naikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat


Jumat, 11 Mei 2018 / 21:22 WIB
Rupiah berbalik unggul jika BI naikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Grace Olivia | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah rupanya bukan hanya terjadi terhadap dollar AS. Sepanjang tahun ini, nilai tukar rupiah juga masih melemah terhadap sejumlah mata uang asing lainnya. Ambil contoh, terhadap mata uang euro, rupiah mencatat pelemahan 2,55% secara year-to-date (ytd).

Terhadap mata uang tetangga, dollar singapura, rupiah juga masih terus melemah hingga 3,05% ytd. Rupiah semakin tak berdaya saat berhadapan dengan mata uang yen, di mana pasangan JPY/IDR melemah 6,10% sepanjang tahun ini.

Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto menjelaskan, sebagai negara dengan ruang pertumbuhan ekonomi yang masih besar, wajar jika investor menjadikan pasar Indonesia sebagai arena berspekulasi. "Itu sebabnya, pasar Indonesia dan juga India sering kali mengalami gejolak karena perilaku pasar asing," ungkap Andri, Jumat (11/5).

Meski begitu, Andri menilai, rupiah berpeluang berbalik mengungguli mata uang asing lain. Terutama, jika Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.

Andri berpendapat, jika BI mengambil kebijakan moneter dengan mengerek suku bunga, gairah pelaku pasar untuk masuk ke dalam aset Indonesia pun akan meningkat. Pasalnya, negara seperti Uni Eropa dan Jepang saat ini justru masih dalam kondisi moneter yang longgar.

Tengok saja Uni Eropa, data inflasinya bulan lalu tercatat turun ke level 1,2% yoy, berada di bawah ekspektasi 1,3% yoy. Kondisi ini membuat pelaku pasar memandang Bank Sentral Eropa (ECB) akan kesulitan melakukan pemangkasan stimulus moneter menjelang akhir tahun nanti.

"Dari segi pertumbuhan ekonomi, Indonesia juga masih lebih baik daripada Singapura. Ini bisa jadi peluang," ungkap Andri. Menurutnya, naiknya harga komoditas minyak bisa semakin mendorong sektor pertambangan dan migas yang selama ini menjadi driver pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Begitu juga dengan Jepang. "Hingga sekarang tingkat ekspektasi inflasi Jepang semakin menurun, bahkan direvisi menjadi 1,8% dari sebelumnya 2%," ujar Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail, Jumat (11/5).

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri, sepakat, rupiah berpeluang berbalik menguat terhadap mata uang asing jika Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuannya.

"Setidaknya satu kali sebesar 25 basis poin sebelum kuartal kedua berakhir," pungkas Reny.

Ia juga meyakini, sentimen kenaikan suku bunga The Fed nantinya sudah akan terantisipasi sehingga ruang penguatan rupiah bisa kian terbuka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×