Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai, data NFP akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai pasar tenaga kerja AS. The Fed juga menyebutkan pelemahan pasar tenaga kerja merupakan salah satu faktor utama yang akan mendorong penurunan suku bunga.
Dia mengamati bahwa dolar AS di akhir pekan melanjutkan pelemahan seiring The Fed mempertahankan suku bunga stabil di level 5,25%-5,5% dan menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Maret.
Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang penurunan suku bunga di bulan Mei lebih dari 60%, dan analis juga memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga setidaknya empat kali lagi, setelah bulan Mei.
Baca Juga: Perkasa, Rupiah Spot Menguat 0,67% ke Rp 15.660 Per Dolar AS Pada Jumat (2/2)
“Meskipun skenario seperti ini menjadi pertanda baik bagi mata uang Asia yang didorong oleh risiko, The Fed belum memberikan indikasi bahwa mereka akan memangkas suku bunga secara besar-besaran pada tahun 2024,” ungkap Ibrahim dalam risetnya, Jumat (2/2).
Dari domestik, Ibrahim melihat, rupiah didukung optimisme Bank Indonesia (BI) yang menyatakan bahwa ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di dunia pada 2023 dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5%. Hal itu disertai dengan inflasi sebesar 2,61% atau salah satu yang terendah di dunia.
Adapun pada perdagangan Senin (5/2), Ibrahim memperkirakan rupiah kemungkinan bergerak fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp15.610 - Rp15.700 per dolar AS. Kalau Lukman memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang harga Rp15.650 – Rp 15.850 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News