Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang pekan ini, rupiah tertekan oleh penantian pelaku pasar terhadap risalah rapat Federal Open Market Commitee (FOMC). Namun, pidato Gubernur Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen yang masih dovish membuat rupiah bertenaga di akhir pekan.
Kemarin (15/12), di pasar spot, pergerakan rupiah naik tipis 0,04% ke posisi Rp 13.570 per dollar Amerika Serikat (AS). Namun dalam sepekan, rupiah masih terkikis 0,14%. Sedangkan pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), valuasi rupiah tergelincir 0,05% ke level Rp 13.573 per dollar AS dan merosot sedalam 0,12% dalam sepekan.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, memanasnya suhu geopolitik di Timur Tengah setelah Presiden AS Donald Trump mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel juga jadi sentimen pergerakan USD/IDR. Walau efeknya hanya sesaat, pasar sempat terganggu oleh sentimen tersebut, kata dia, Jumat (15/12).
Setelah The Fed merealisasikan rencana kenaikan suku bunga, rupiah pun berbalik unggul. Soalnya, pelaku pasar sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga bank sentral negeri uak Sam terlebih dahulu. Belum lagi, pelaku pasar meragukan keinginan The Fed yang kembali mengerek suku bunga di tahun depan sebanyak tiga kali. "Karena inflasi AS masih tergolong rendah," ujar David.
Di sisi lain, Analis Monex Future Investindo Putu Agus Pransuamitra menyebutkan, jika Rancangan Undang-Undang (RUU) Reformasi Pajak AS disepakati, otomatis the greenback kembali bersinar. "Proses selanjutnya tinggal voting dalam Kongres AS," tambah Putu.
Putu pun memproyeksikan, dalam sepekan ke depan, rupiah melemah di level Rp 13.520–Rp 13.620 per dollar AS. Sedang David memprediksikan, pergerakan rupiah masih ada di kisaran Rp 13.530–Rp 13.590.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News