Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) membukukan penurunan kinerja sepanjang kuartal I-2020. Penurunan penjualan terjadi di semua segmen bisnis United Tractors.
Akibatnya, pendapatan anak usaha grup Astra ini menurun 19% menjadi Rp 18,3 triliun di kuartal I-2020. "Adanya perlambatan ekonomi global dan melemahnya harga batubara berdampak pada hampir semua lini bisnis perusahaan," kata Sara K Loebis Sekretaris Perusahaan UNTR dalam rilis Senin (27/4).
Kondisi kinerja UNTR kian diperburuk dengan kerugian nilai tukar. Sehingga membuat laba bersih UNTR di kuartal I-2020 merosot 40% menjadi Rp 1,8 triliun dari sebelumnya Rp 3,1 triliun.
Pada kuartal I-2020, UNTR menderita kerugian nilai tukar dalam mata uang asing sebesar Rp 557,75 miliar. Angka ini meningkat dari rugi nilai tukar di periode sama tahun lalu sebesar Rp 107,77 miliar.
Penurunan pendapatan pada segmen usaha mesin konstruksi menjadi yang terburuk. Segmen ini mengalami penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 47,02% menjadi Rp 5,88 triliun di kuartal I-2020.
Baca Juga: Laba bersih Astra International (ASII) kuartal I-2020 menurun 7,5%
Sepanjang tiga bulan di tahun ini, penjualan alat berat Komatsu hanya 617 unit, turun dibandingkan dengan kuartal I-2019 sebanyak 1.181 unit. Pendapatan UNTR dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat juga turun sebesar 21% menjadi sebesar Rp 1,7 triliun.
Segmen usaha kontraktor pertambangan yang dioperasikan PT Pamapersada Nusantara sepanjang kuartal I-2020 juga membukukan kinerja yang buruk. Pendapatan anak usaha UNTR, Pamapersada hanya Rp 9,5 triliun atau turun 14% secara year on year.
Penurunan tersebut karena volume produksi batubara yang turun 9% dari 30,6 juta ton menjadi 27,9 juta ton. Sementara volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) turun 9% dari 234,3 juta bcm menjadi 212,2 juta bcm.
Bisnis pertambangan batubara UNTR melalui anak usahanya PT Tuah Turangga Agung (TTA) sampai Maret 2020 mampu menjual batubara mencapai 3,2 juta ton. Angka ini meningkat 25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 sebesar 2,5 juta ton. Namun demikian, pendapatan turun 7% menjadi Rp 3,4 triliun dikarenakan penurunan harga jual rata-rata batubara.
Hanya pada segmen usaha pertambangan emas milik UNTR juga membukukan kenaikan penjualan. Bisnis emas UNTR yang dijalankan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) mengoperasikan tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Sampai dengan bulan Maret 2020, total penjualan setara emas dari Martabe 95.000 ons, atau turun 9% dibandingkan 104.000 ons di triwulan pertama tahun 2019.
Meski begitu pendapatan bersih bisnis emas UNTR naik tipis 1,56% menjadi Rp 1,95 triliun. Kenaikan pendapatan ini karena rata-rata harga jual emas di kuartal I-2020 naik menjadi US$ 1.448 per ons, dari periode sama tahun lalu US$ 1.306 per ons.
Baca Juga: Kinerja operasional United Tractors (UNTR) tertekan di kuartal pertama 2020
Bisnis konstruksi UNTR, melalui PT Acset Indonusa Tbk (ACST) hingga Maret 2020 membukukan pendapatan bersih Rp 475 miliar, turun dari sebelumnya sebesar Rp 802 miliar pada periode yang sama tahun 2019.
ACSET juga mencatat rugi bersih Rp 124 miliar di kuartal I-2020 dari sebelumnya mencatat rugi bersih Rp 91 miliar pada periode yang sama tahun 2019. Hal ini dikarenakan bertambahnya biaya atas keterlambatan proyek berjalan dan peningkatan biaya keuangan akibat mundurnya penerimaan pembayaran proyek contractor pre-financing (CPF).
PT Bhumi Jati Power (BJP) yang 25% sahamnya dimiliki oleh anak perusahaan UNTR saat ini sedang membangun pembangkit listrik tenaga uap berkapasitas 2x1.000 MW di Jepara, Jawa Tengah. Hingga triwulan pertama tahun 2020, progres pembangunan konstruksi proyek ini telah mencapai 92% dan dijadwalkan akan memulai operasi secara komersial pada tahun 2021.
BJP merupakan perusahaan patungan bersama antara anak usaha Perseroan, Sumitomo Corporation dan Kansai Electric Power Co Inc.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News