kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Royalti naik, pendapatan SMCB bisa turun


Sabtu, 29 Desember 2012 / 06:26 WIB
Royalti naik, pendapatan SMCB bisa turun


Reporter: Yuwono Triatmodjo, Avanty Nurdiana, Agustinus Beo Da Costa | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Menjelang tutup buku tahun 2012, PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) memberikan pil pahit bagi investornya. Hal ini terkait kesepakatan mengenai royalti (royalty agreement) antara SMCB dengan perusahaan afiliasinya di Grup Holcim, Holcim Technology Ltd.

Manajemen SMCB dalam penjelasannya ke Bursa Efek Indonesia, Jumat (28/12), menerangkan, pada tanggal 26 Desember, mereka telah menandatangani royalty agreement dengan Holcim Technology Ltd. Kekepakatan ini mengatur tentang dua hal. Pertama pemberian lisensi dari Holcim Technology kepada SMCB berupa konsep usaha yang antara lain terdiri dari merek dagang, teknologi dan pengetahuan teknik. Dan kedua, tentang besaran biaya royalti yang harus dibayar SMCB kepada Holcim Technology.

Besaran tarif royalti yang dipungut Holcim Technology kepada SMCB adalah 4% di tahun 2013. Lalu, di tahun-tahun berikutnya, angkanya naik menjadi 5%. Royalti dikenakan terhadap penjualan bersih SMCB.

Penandatanganan perjanjian ini membawa dampak pada meningkatnya biaya lisensi dan biaya grup (group fee) yang dalam perjanjian ini, kedua biaya itu disebut industrial franchise fee. Nah, perhitungan biaya sebelumnya adalah 1,7% dari pendapatan bersih. Bila dipecah, angka 1% diperoleh berdasarkan technical assistance agreement tanggal 5 November 2001. Sisanya, 0,7% diperoleh dari trademark license agreement tanggal 17 April 2008.

Manajemen SMCB juga menjelaskan alasan mereka mau meneken kesepakatan yang diajukan Holcim Technology. Pertama, karena Holcim Technology dan SMCB sama-sama tergabung dalam Grup Holcim, sehingga kecil kemungkinan Holcim Technology melakukan tindakan yang akan merugikan perusahaan.

Kedua, konsep usaha yang dilisensikan Holcim Technology telah terbukti menghasilkan model mengelola usaha yang tepat dan jelas. Ketiga, jika transaksi ini tidak dilakukan oleh Holcim Technology, maka mungkin akan dibutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar.

Analis rekomendasikan tahan

Gifar Indra Sakti, analis Sucorinvest Central Gani, menilai, kesepakatan SMCB dan sang induk akan berdampak buruk pada pendapatan dan laba bersih SMCB. "Potongan royalti 4% di 2013 dan 5% di 2014 menyebabkan pendapatan turun dengan besaran yang sama," ujar Gifar.

Sementara untuk laba bersih SMCB, Gifar memperkirakan, akan terjadi penurunan antara 19% hingga 24%. Gifar mengaku akan mengevaluasi ulang valuasi saham SMCB yang saat ini masih diberi target harga Rp 3.475 per saham. Dia merekomendasikan tahan saham SMCB.

Adolf Sutrisno, analis dari Andalan Artha Advisindo Sekuritas (AAA Sekuritas) menilai, kenaikan royalti akan mengurangi margin laba bersih jangka pendek. Bisa jadi, Holcim akan menaikan harga produk agar tetap bisa menjaga margin.

Namun, jika ternyata volume penjualan SMCB naik, lanjut Adolf, kenaikan royalti ini tidak akan berdampak banyak bagi pendapatan mereka dalam jangka panjang. Pelaku pasar dihimbau tidak khawatir, karena biaya royalti hanya bagian kecil dari total biaya beban.

Karena itu, ia merekomendasikan pelaku pasar untuk hold saham SMCB. Ia menargetkan, harga saham SMCB bisa mencapai Rp 3.625.
Pada perdagangan akhir tahun, kemarin (28/12), harga saham SMCB anjlok 16,55% menjadi Rp 2.900 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×