Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Isu harga rokok menjadi Rp 50.000 beberapa waktu lalu dikabarkan mampu memicu kenaikan permintaan pemilik warung kelontong untuk stok. Kabarnya, perusahaan rokok mendapat keuntungan karena permintaan melonjak.
Namun PT Bentoel Internasional Investama Tbk / RMBA menepis isu tersebut. "Kabar toko kelontong yang menambah stock hanya isu. Harga pasar di grosir juga tetap stabil," kata Mercy Fransisca, Head of Legal and External Affairs PT Bentoel Internasional Investama saat dihubungi KONTAN, Rabu (7/9).
Emiten berkode saham RMBA di Bursa Efek Indonesia ini menyesalkan adanya isu tersebut. Menurut, Mercy penyebaran isu ini meresahkan banyak orang, dan bisa berpotensi memberikan dampak serius terhadap hajat hidup orang banyak.
Menururutnya terdapat sekitar 6 juta pekerja yang terlibat pada industri tembakau, terdiri dari 4,3 juta pekerja di sektor manufaktur dan distribusi, serta 1,7 juta pekerja di sektor pertanian dan perkebunan, termasuk di dalamnya petani tembakau dan cengkeh.
Dalam riset Mandiri Sekuritas Agustus 2016, Analis Adrian Joezer dan Lakshi Rowter mengatakan harga jual rata- rata retail produk RMBA terus bertumbuh 1,2% MoM. Produknya Lucky Strike Mild 16 terus naik harga rata-rata jual retailnya dengan kenaikan 2,5% MoM di Agustus setelah naik 1,9% di Juli.
"Harga rokok Lucky Strike tersebut sebesar Rp 13.600 per pak tetap kompetitif dengan kompetitor lain," kata Adrian dan Lakshmi dalam riset yang diterima KONTAN Rabu (7/9).
Sebagai informasi harga jual rata-rata Agustus hanya naik 0,3% MoM. Dibanding Juli kenaikannya bisa sampai 1% yang dikarenakan strategi perusahaan saat bulan Ramadhan. "Harga jual rata-rata HMSP melambat kenaikannya dibanding GGRM dan RMBA," kata Adrian dan Lakhsmi dalam risetnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News