kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Risiko investasi Indonesia membaik


Rabu, 22 Juni 2016 / 07:36 WIB
Risiko investasi Indonesia membaik


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Membaiknya perekonomian domestik memicu turunnya credit default swap (CDS) atau acuan risiko investasi di Indonesia. Level CDS obligasi Indonesia tenor lima tahun turun menjadi 193 pada akhir Mei 2016 dari akhir 2015 lalu sebesar 230,51.

Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono mengatakan, pemicu penurunan CDS adalah ekonomi Indonesia masih tumbuh 5% year on year (yoy), di tengah gejolak ekonomi global. Inflasi juga terjaga di 3,3% yoy Mei 2016.

Demikian juga dengan niai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang stabil di Rp 13.052-Rp 13.964 dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 14.693 per dollar AS.

"Penurunan CDS seiring perekonomian Indonesia yang cukup solid," ujar Wahyu.

Head of Fixed Income Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus menambahkan, penurunan CDS seiring dimulainya pembangunan infrastruktur di Indonesia. Lalu, munculnya batas waktu keputusan tax amnesty membuat rupiah menguat.

Kebijakan Bank Indonesia terkait makro prudensial juga mendorong pertumbuhan ekonomi. "Imbal hasil obligasi menunjukkan tren turun, ini berarti tingkat risiko Indonesia kian mengecil," ujar Nico.

Catatan IBPA, yield obligasi pemerintah bertenor pendek turun 144,189 basis poin year to date (YTD) Mei 2016. Demikian juga dengan yield obligasi bertenor menengah dan panjang turun masing-masing 123,74 da 101,93 basis poin.

Sedangkan Analis PT Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, berkurangnya tekanan eksternal seperti kebijakan suku bunga The Fed, Bank of Japan (BoJ), European Central Bank (ECB) serta isu keluarnya Inggris dari Uni Eropa mempengaruhi tren penurunan CDS Indonesia.

"Apalagi The Fed menunda kenaikan Fed rate dan Inggris sepertinya batal keluar dari Zona Euro," ujar Desmon.

Ia memperkirakan, CDS bakal turun hingga akhir tahun. Asumsi tersebut sudah menghitung apabila Brexit gagal terealisasi. "Apabila Brexit gagal dan The Fed hanya menaikkan rate sekali tahun ini, maka CDS masih berpotensi turun," ujar Desmon.

Menurut Nico, prospek CDS hingga akhir tahun bakal mengikuti tren penurunan yield obligasi. Alasannya Fed rate baru naik satu kali di tahun ini. Dari domestik, inflasi yang stabil mendorong penurunan kembali BI rate. Akibatnya, suku bunga kredit juga turun. Demikian juga dengan yield obligasi yang diprediksi ikut terapresiasi.

"Sehingga perbaikan ekonomi mulai berjalan," ujar Nico.

Masuknya dana dari repatriasi tax amnesty juga diprediksi akan menopang penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×