kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Risiko gagal bayar utang masih membayangi emiten sepanjang 2021


Minggu, 16 Mei 2021 / 20:03 WIB
Risiko gagal bayar utang masih membayangi emiten sepanjang 2021
ILUSTRASI. Risiko gagal bayar utang masih membayangi emiten sepanjang 2021


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sudah lebih dari satu tahun pandemi Covid-19 menekan sejumlah bisnis emiten dalam negeri. Beberapa emiten juga mengalami gagal bayar kewajibannya pada pada paruh pertama tahun ini.

Teranyar ada emiten petrokimia PT Tridomain Performance Materials Tbk (TDPM) belum dapat melunasi pokok surat utang jangka menengah atau medium term note (MTN) sebesar Rp 410 miliar yang jatuh tempo pada 27 April 2021 silam.

Sebelumnya kasus gagal bayar kewajiban pun menimpa PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Kemudian, pada 12 Februari 2021 yang lalu produsen garmen PT Pan Brothers Tbk (PBRX) juga belum berhasil melunasi utang sindikasi dengan limit US$ 138,5 juta.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, potensi gagal bayar kewajiban masih membayangi emiten pada tahun ini. Menurut Wawan, risiko gagal bayar utang pada tahun ini bisa jauh lebih tinggi ketimbang tahun lalu.

Baca Juga: Gagal Bayar MTN Tridomain (TDPM), Bank Maybank Indonesia Angkat Bicara

“Karena pada tahun 2020 masih banyak emiten yang paling tidak memiliki cash atau cadangan untuk bertahan. Sedangkan di 2021 sudah setahun lebih, secara bisnis pasti sangat terdampak karena baik dari sisi produksi yang efektivitasnya turun karena sempat ada PSBB,” papar Wawan ketika dihubungi Kontan, Minggu (16/5).

Lebih lanjut ia menjelaskan, emiten juga mengalami kenaikan biaya dan harus membayar tunjangan hari raya meskipun kondisi keuangannya kurang baik. Sehingga, secara risiko kredit pada tahun ini meningkat terutama untuk beberapa emiten terutama di bidang jasa dan transportasi.

Wawan memandang emiten masih akan menghadapi risiko gagal bayar kewajiban hingga akhir tahun ini. Terlebih, melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama 2021 yang masih mengalami kontraksi minus 0,74%. Meski demikian, ia berharap kondisi ekonomi akan membaik di kuartal kedua dan ketiga seiring dengan berjalannya program vaksinasi Covid-19.

Hanya saja, pertumbuhan ekonomi akan berjalan positif seperti sebelum adanya pandemi kemungkinan baru di kuartal ketiga atau keempat 2021, bahkan di tahun depan. Dengan kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih ini, Wawan bilang akan mempengaruhi kondisi keuangan beberapa emiten.

Baca Juga: Sebelum Gagal Bayar MTN, Para Petinggi Tridomain Performance Materials (TDPM) Resign

Guna mengantisipasi hal ini, Wawan menyarankan emiten untuk terbuka apabila ada potensi untuk mengalami keterlambatan pembayaran kewajiban. “Dan juga emiten bisa melakukan negosiasi dengan regulator juga dengan para krediturnya,” tambah Wawan.




TERBARU

[X]
×