Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Katarina Utama Tbk (RINA) diduga telah melakukan penyimpangan atas penggunaan dana penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) pada Juni tahun lalu.
Akibat dugaan penyimpangan itu, RINA tidak memiliki sumber dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Bahkan, sejumlah rekanan bisnisnya membatalkan kerjasama dengan emiten ini.
Sumber KONTAN menuturkan, di semester I-2010 lalu terdapat sekitar 100 proyek yang dibatalkan. Akibatnya, pada periode itu pendapatan RINA turun drastis dari Rp 20,13 miliar menjadi Rp 2,451 miliar. Imbasnya, RINA merugi Rp 4 miliar. Padahal di semester I-2009, RINA berhasil meraih laba Rp 5 miliar.
Menurut sumber KONTAN tadi, emiten ini diduga tidak menggunakan dana IPO sesuai prospektus. Nilainya mencapai Rp 30,9 miliar. Ia mencontohkan, pembelian peralatan untuk mendukung kegiatan operasional. Dalam laporan resmi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 Agustus 2010, RINA menyebut realisasinya Rp 2,6 miliar. Tapi, sumber KONTAN berbisik, realisasi riilnya hanya sekitar Rp 200 juta-Rp 250 juta.
Pos lainnya adalah dana untuk pengikatan pegawai freelance menjadi karyawan kontrak sebesar Rp 3,350 miliar. Faktanya, kata si sumber, berdasarkan memo internal RINA yang diedarkan April 2010, karyawan kontrak justru akan jadi freelance. Gaji karyawan tetap akan disunat 25% dan tunjangan dihapus. "Pembangunan kantor-kantor proyek yang baru di Surabaya, Batam, Pekanbaru, dan Padang juga fiktif. Kami akan segera laporkan masalah ini ke Bapepam," kata si sumber.
Terkait tudingan itu, Direktur Keuangan RINA Izzudin Mahmood menyangkal telah terjadi penyimpangan penggunaan dana IPO. "Tidak benar itu, alokasinya sudah sesuai seperti yang sudah kami laporkan ke bursa," ujarnya, kemarin (17/8).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News