kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Rights issue rampung, Renuka Coalindo (SQMI) siap memproduksi emas


Selasa, 12 Februari 2019 / 10:45 WIB
Rights issue rampung, Renuka Coalindo (SQMI) siap memproduksi emas


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Renuka Coalindo Tbk (SQMI) secara resmi diambilalih Wilton Resources Holding Pte. Ltd melalui rights issue saham SQMI. Wilton Resources Holding Pte. Ltd menjadi pembeli siaga dalam rights issue SQMI.

Perusahaan asal Singapura ini resmi memiliki 15,06 miliar saham baru SQMI dengan harga pelaksanaan Rp 250 per saham atau senilai Rp 3,77 triliun pada 8 Februari 2019. Wilton Resources menjadi pengendali baru SQMI dengan kepemilikan saham sebesar 96,95% dari modal ditempatkan dan disetor penuh SQMI setelah pelaksanaan rights issue.

Dengan pengendalian atas SQMI, Wilton bakal memperluas kegiatan usaha di Indonesia. Sebagai informasi, Wilton Resources merupakan suatu perusahaan induk investasi yang berkantor pusat di Singapura dan memiliki kegiatan usaha yang beragam.

Direktur Independen PT Renuka Coalindo Tbk Irwan Darmawan mengatakan, setelah rights issue, bisnis Renuka tetap fokus ke bisnis pertambangan. "Dengan fokus komoditi utamanya emas dan mineral pengikutnya, sebagai safe haven commodity," katanya pada Kontan.co.id, Selasa (12/2).

Guna melancarkan bisnisnya, kini mereka tengah memulai penambangan emas dengan membangun pabrik pengolahan terlebih dahulu. 

Irwan bilang, SQMI akan memproduksi emas pada pertengahan tahun ini. Pabrik pengolahan emas pertama ini memiliki kapasitas 500 ton ore per hari atau 38.482 troy oz per tahun. Per akhir Januari kemarin progres pembangunannya sudah mencapai 70%.

"Pengolahan emas ini dengan sistem floatation dan carbon in leach (CIL) tahap pertama dengan kapasitas 500 ton ore, kini masih berjalan sesuai dengan rencana. Kontruksi akan selesai di akhir bulan ini dan peralatan akan dikirim pada awal bulan depan, tapi sebagian besar sudah di pelabuhan," papar Irwan.

Untuk membangun pabrik pengolahan pertama ini mereka harus mengeluarkan dana US$ 26 juta. "Sejauh ini masih sesuai dengan rencana dan diharapakan tidak ada cost over run," imbuhnya.

Nilai investasi sebesar US$ 26 juta ini sudah disiapkan oleh Wilton Resources Holdings Pte Ltd (WRH). Mulai pertengahan tahun ini mereka baru akan memproduksi sebesar 19.000 ons troy pada tahun 2019. Dengan perkiraan harga sebesar US$ 1.300 per ons troi, maka Renuka berpotensi mengantongi pendapatan US$ 24,70 juta dari penjualan emas pada tahun ini.

Tak hanya itu, setelah pabrik pengolahan pertama beroperasi, sambung Irwan, mereka akan melanjutkan untuk membangun pabrik pengolahan tahap dua dengan kapasitas 1500 ore per hari yang ditargetkan rampung pada 2021. SQMI membutuhkan investasi sebesar US$ 66 juta hingga US$ 99 juta untuk pabrik pengolahan kedua ini.

Terakhir, mereka masih mengkaji pendanaan untuk penambahan kapasitas produksi pabrik tersebut. Apabila ada kemungkinan menggunakan dana eksternal, komposisinya 30% dari ekuitas dan 70% dari pinjaman. "Untuk pabrik pengolahan tahap 2 tentunya akan diperoleh dari sebagian self equity dan pinjaman setelah cash generator tahap 1," jelasnya.

Sebagai informasi, dalam Ciemas Gold Project, SQMI mempunyai 10 lokasi yang bisa menambah sumber daya yang ada saata ini, dari 10 lokasi sekarang baru enam lokasi yang dilakukan eksplorasi. Ke depannya, mereka juga akan menambah sumber daya dengan terus melakukan eksplorasi lanjutan.

Apabila mengacu data dari SQMI, sampai Oktober 2018, cadangan dari wilayah tambang Cikadu, Sekolah, Cibatu, dan Pasir Minggu yang ada di Sukabumi tersebut sebesar 810.385 troin ons.

Setelah menggarap tambang emas, Irwan menegaskan perusahaan ini tidak akan melanjutkan bisnis lagi di komiditi batubara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×