Reporter: Benedicta Prima | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) tengah melakukan right issue yang diperdagangkan sampai 19 Juli 2019. Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta menyarankan para investor untuk menahan dulu keinginan untuk membeli ataupun menjual sahamnya di BIPI.
Alasannya, pergerakan harga saham emiten yang bergerak pada sektor jasa tambang ini masih belum menggambarkan mekanisme pasar yang sebenarnya. Sebab, bila terjadi peak season, harga bisa mencapai level Rp 80, sedangkan saat ini di level Rp 62.
"Saat ini belum ada aktivitas pergerakan harga kecuali terjadi demand kuat pada pasar negosiasi yang membuat harga saham pump and dump dalam waktu sehari dua hari. Mekanisme pasar belum terbentuk, takutnya seperti itu," jelas Nafan saat dihubungi Kontan, Jumat (12/7).
Baca Juga: Astrindo Nusantara (BIPI) optimistis cetak laba bersih US$ 12,1 juta di semester I
Nafan melihat pergerakan harga BIPI menunjukkan aktivitas di level Rp 50 dengan tingkat volume nol. Lalu pada Jumat (24/5) mulai terjadi peningkatan volume tetapi harga kembali di level Rp 50 - Rp 52 dan terus bertahan di level itu hingga awal bulan Juli.
Lalu terjadi aksi proft taking jangka pendek ke angka Rp 74 pada 4 Juli lalu, meskipun tetap ditutup di level Rp 52. "Jadi belum ada katalis positif. Hanya aksi spekulan ambil aksi untung," imbuh dia.
Dia menambahkan saat ini belum terjadi pola wave sehingga dia belum bisa melihat tren ke depan. Pola wave ini akan terbentuk apabila terjadi mekanisme pasar dalam pergerakan harga saham BIPI.
Lebih lanjut, dari sisi fundamental, Nafan menilai Price Earning Ratio (PER) BIPI masih sangat rendah yaitu 7,38 kali. Sementara dari sisi Debt Equity Ratio (DER) masih cukup tinggi yaitu 219,28%.
Baca Juga: BIPI kantongi pernyataan efektif dari OJK atas rencana penawaran umum terbatas I
Dari sisi penjualan, pada kuartal I-2019 BIPI membukukan peningkatan pendapatan hingga 4.235% dari US$ 0,37 juta menjadi US$ 16,04 juta. Pendapatan ini berasal dari sewa pelabuhan sebesar 71,4% dan sewa crusher 28,6%.
Sedangkan di periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan BIPI hanya berasal dari bisnis pertambangan yang menyumbang 100%.
Peningkatan pendapatan ini diikuti dengan peningkatan beban hingga 425% menjadi US$ 2,45 juta. Ini menyebabkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 17,9% menjadi US$ 6,05 juta
Ke depan, Nafan menyarankan kepada BIPI untuk lebih detil lagi memberikan informasinya kepada investor publik terutama terkait strategi bisnis. Saat ini BIPI tengah fokus pada penyediaan infrastruktur tambang batubara. Mulai dari pelabuhan, penghancuran batubara, coal preparation plant (CPP) hingga overland conveyor (OC).
Sebelumnya perusahaan ini fokus menggarap bisnis di sektor migas. Namun fluktuatifnya harga komoditas minyak mentah membuat perusahaan ini meninggalkan bisnis pertambangan minyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News