Reporter: Dityasa H Forddanta, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan turut berpartisipasi mengembangkan pasar modal syariah bersama otoritas Bursa Malaysia Bhd. Keduanya bakal duduk bersama membicarakan rencana penyambungan perdagangan saham syariah mulai tahun depan.
"Benar, rencananya pertengahan tahun 2017," ujar Direktur Utana BEI Sulistyo kepada KONTAN, Senin (19/9).
Kerjasama ini untuk memobilisasi target nilai pasar ekuitas syariah nyaris US$ 2 triliun secara global. Salah satu bentuk kerjasamanya adalah, mengizinkan pencatatan saham syariah lintas negara (cross listing).
Bukan tanpa alasan kedua belah pihak melakukan kolaborasi ini. Sebab, potensi bisnis pasar modal syariah cukup besar.
S&P Global Ratings menilai, industri pasar modal syariah memang diprediksi masih akan tertekan beberapa tahun kedepan seiring dengan masih tertekannya perekonomian regional dan tren rendah harga komoditas.
Namun, industri jasa keuangan syariah masih tetap memiliki nilai, setara sekitar US$ 2 triliun. Selain itu, mengacu pada MSCI World Islamic Index, kapitalisasi pasar ekuitas syariah sebesar US$ 11,7 triliun, sudah naik 3,8% dibanding periode sebelumnya.
Pertumbuhan tersebut membuat ekuitas syariah untuk pertama kalinya outperform atas peer-nya selama lima tahun terakhir. Di Indonesia, saham syariah atau lebih dikenal Indonesia Sharia Stock Index memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp 3.157 triliun.
Seperti yang diberitakan Bloomberg, Samina Akram, Managing Director of Samak Ethical Finance Ltd. mengaku, bukan hal yang mudah untuk mengembangkan industri pasar modal syariah, apalagi secara global. Masih minimnya awareness untuk mencari modal dari pasar modal syariah masih menjadi tantangan klasik.
"Tapi, apa yang baru saja dilakukan bursa Malaysia setidaknya menunjukan jika tantangan itu sudah dikenali," ujar Akram.
Kerjasama ini juga diharapkan bisa berjalan optimal. Sebab, Malaysia menjadi pionir atas pengembangan pasar modal syariah. Sementara, Indonesia memiliki basis penduduk muslim terbesar di dunia, sehingga, keduanya bisa saling melengkapi.
BEI memang membuka segala peluang kerjasama demi menambah pilihan investasi sekaligus membesarkan IHSG baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
BEI dan Bursa Malaysia sebelumnya telah menandatangani MoU kerjasama dengan Bursa Malaysia untuk dapat melakukan penawaran umum lintas negara atau cross border offering. Kerjasama ini diharapkan dapat tercapai pada tahun ini.
"Kami sedang bicara dengan pihak bursa Malaysia. Sebenarnya MoU kerja sama sudah kami tandatangani bulan lalu," kata Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat. Sebelumnya, bursa Indonesia lah yang mengajukan kerja sama ini dengan bursa Malaysia.
Dengan kerjasama ini, menurut Samsul, investor dari Indonesia bisa langsung membeli efek emiten Malaysia lewat broker Indonesia tanpa harus ke negara asalnya langsung, begitu juga sebaliknya.
"Kalau disetujui nantinya, akan ada emiten kita sebagian yang bisa diakses datanya di bursa Malaysia dan sebagian dari saham-saham Malaysia bisa dijual di sini," ujarnya.
Samsul mengatakan, pemberlakuan cross border offering ini memungkinkan investor di pasar modal Indonesia akan semakin luas. Hal ini menurut Samsul dapat meningkatkan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia juga bisa bertambah. Kalau jumlah likuiditas naik kan impact ke valuasi. Kalau valuasi naik, market capital naik," kata Samsul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News