kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Return Semen Baturaja (SMBR) paling anjlok di jajaran indeks Kompas100


Senin, 06 Januari 2020 / 17:25 WIB
Return Semen Baturaja (SMBR) paling anjlok di jajaran indeks Kompas100
ILUSTRASI. Semen Baturaja Tbk (SMBR). Foto:Dok. Semen Baturaja


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) menjadi saham dengan return terendah di Indeks Kompas100. Saham emiten semen emiten pelat merah ini anjlok 74,85% sepanjang tahun 2019.

Pada akhir perdagangan 2018, harga saham SMBR masih kokoh di level Rp 1.750 per saham. Namun, pada penutupan perdagangan Desember 2019, saham SMBR terkapar di level Rp 440 per saham.

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, anjloknya saham SMBR sepanjang tahun 2019 diakibatkan oleh sentimen negatif industri semen, yakni kondisi meningkatnya pasokan semen tanpa diikuti peningkatan permintaan. Akhirnya, terciptalah kondisi oversupply.

Baca Juga: Ini 10 saham indeks Kompas100 dengan return paling jeblok sepanjang 2019

Alhasil, kondisi ini menyebabkan kinerja SMBR tertekan pada periode tahun lalu. Melansir dari laporan keuangan SMBR, pada kuartal III-2019, SMBR hanya mampu meraup laba bersih Rp 22,72 miliar atau tergerus 44,42% dari periode yang sama tahun 2018 yang sebesar Rp 40,88 miliar.

Meski demikian, SMBR berhasil meningkatkan pendapatannya. Pendapatan SMBR naik tipis 3,75% menjadi Rp 1,42 triliun.

Kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu, analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan menilai, industri semen berpotensi bertumbuh dari segi konsumsi semen domestik. Apabila konsumsi semen domestik hanya mengandalkan serapan dari proyek infrastruktur di 2020, Meilki mengestimasi konsumsi semen hanya akan bertumbuh 1%-3% secara year-on-year (yoy).

Namun, jika pada 2020 pasar properti bisa membaik, maka kemungkinan konsumsi semen domestik berpotensi meningkat 5%-7% secara yoy.

Lebih lanjut, Meilki menilai kondisi oversupply semen masih akan berlanjut hingga 2024. Dengan asumsi, industri properti kembali atraktif pada tahun 2020 yang akan mempunyai dampak pada pertumbuhan konsumsi semen domestik di level 5%-7%. 

Dengan estimasi tersebut, maka oversupply sekitar 30 juta ton-40 juta ton semen masih akan terjadi hingga 2024.

Baca Juga: Simak rekomendasi analis untuk 10 saham top gainers Kompas100 sepanjang 2019

Di sisi lain, Analis Artha Sekuritas Nugroho Rahmat Fitriyanto menilai kondisi oversupply semen disebabkan oleh banyaknya pemain asing yang masuk ke Indonesia. Sementara itu, dari sisi permintaan, pertumbuhan konsumsi semen dinilai stagnan sepanjang 2019.

Pada perdagangan Senin (6/1), saham SMBR ditutup melemah 1,83% ke level Rp 430 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×