Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Tingkat pengembalian (return) obligasi pemerintah sepanjang 2012 mencapai angka terendah dalam tiga tahun terakhir. Hingga akhir tahun ini, total return dalam mata uang lokal obligasi pemerintah hanya mencapai 12%. Nominal tersebut relatif kecil dibandingkan 2011 lalu yang bisa sekitar 21,5% atau 2010 yang sekitar 21,1%.
Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto memperkirakan, return berinvestasi di obligasi tahun depan akan lebih rendah dibandingkan 2012 karena yield yang semakin kecil. "Tahun depan diperkirakan return obligasi pemerindah dalam local currency hanya bisa sekitar 8%," ujar Handy, Rabu (19/12).
Total return obligasi pemerintah apabila diakumulasi dalam dollar AS lebih kecil lagi. Dari akhir 2011 hingga saat ini, return obligasi pemerintah hanya mencapai 5,99%. Angka ini jauh lebih rendah dibanding 2011 yang sekitar 20,3% dan tahun 2010 yang sekitar 27,9%. "Return dalam dollar AS ini lebih penting bagi investor asing dan menarik untuk masuk di instrumen obligasi," ujar Handy.
Demikian juga dengan obligasi global pemerintah Indonesia yang mengalami penurunan return. Secara year to date, return obligasi global pemerintah bertenor 10 tahun hanya sekitar 5,22%. Sedangkan pada 2011 lalu bisa memberikan return 6,03% dan di 2010 bisa sekitar 7,61%.
Handy mengatakan, pemerintah juga makin menurunkan penawaran yield dibanding tahun lalu. Inilah penyebab turunnya return obligasi tahun ini. Hal ini mengakibatkan capital gain atau keuntungan yang bisa digenggam investor obligasi juga semakin rendah.
Handy memperkirakan, yield rendah masih akan berlanjut di tahun 2013. Namun, volatilitas akan semakin meningkat seiring dominasi asing yang semakin besar di obligasi pemerintah. "Inflasi diperkirakan naik akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan pelemahan rupiah akan memicu aliran dana ke luar," ujar dia.
Ia memperkirakan, yield obligasi bertenor dua tahun akan naik di kisaran 4,9% hingga 5,1% tahun depan, dibandingkan saat ini di level 4,65%. Sedangkan untuk tenor 10 tahun, Handy memperkirakan, imbal hasilnya berada di di kisaran 5,4% hingga 5,7% dibandingkan level saat ini yang di kisaran 5,21%.
Analis obligasi NC Securities I Made Adi Saputra menduga, kenaikan inflasi akibat naiknya tarif dasar listrik (TDL), BBM, dan upah minimum provnsi (UMP) akan mendorong suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) naik. Diprediksi, BI rate akan naik ke level 6,5% dibandingkan tahun ini yang disekitar 5,75%.
Kenaikan tersebut akan ikut mendorong yield obligasi pemerintah tahun depan. "BI rate diperkirakan akan naik semester II. Dengan kenaikan itu, yield SBN diprediksi naik sekitar 50 basis poin hingga 100 basis poin," papar dia.
Banyak pasokan
Handy mengatakan, pasar obligasi pemerintah tahun depan masih akan ramai. Pasokan penerbitan surat utang negara (SUN) kotor tahun depan naik menjadi Rp 282 triliun dibandingkan tahun ini yang sekitar Rp 269 triliun. "Meski anggaran defisit pemerintah tahun depan lebih rendah, pemerintah menaikkan penerbitan SUN karena ingin mengoptimalkan pembiayaan dari lokal dan mengurangi ketergantungan pinjaman dari luar negeri," tutur Handy.
Di sisi lain, permintaan dari investor juga masih cukup tinggi. Diperkirakan, investor asing masih akan masuk di tahun depan. "Selain itu, tren kepemilikan Bank Indonesia di obligasi pemerintah terus meningkat. Demikian juga dengan tahun depan," imbuh Handy.
Total imbal hasil obligasi mata uang lokal (%) | |||
Negara | Ytd 2012 | 2011 | 2010 |
China | 2,75 | 5 | 1,4 |
Indonesia | 12,56 | 21,5 | 21,1 |
Korea | 6,42 | 6,4 | 8,3 |
Malaysia | 4,15 | 4,9 | 5,1 |
Singapura | 3,77 | 6,5 | 2,7 |
sumber: HSBC Bond Index |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News