Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID, - JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap diperkirakan masih menawarkan imbal hasil (return) lumayan di tahun 2024. Potensi kebijakan moneter yang lebih akomodatif dapat mendukung pasar surat utang sebagai underlying asset dari reksadana.
Director & CIO Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Ezra Nazula menilai, siklus suku bunga saat ini sudah mencapai puncaknya. Dengan pemangkasan suku bunga, maka pasar obligasi dapat terpengaruh yang tercermin dari kurva imbal hasil sudah melandai.
Ezra bilang, pasar obligasi domestik bisa lebih baik lagi seiring siklus suku bunga sudah mencapai puncaknya. Secara historis, periode penurunan suku bunga dapat memberi dukungan bagi pasar obligasi.
Manulife Aset Manajemen Indonesia memproyeksikan imbal hasil SUN tenor 10 tahun dapat bergerak turun ke level 6%-6,25% di tahun 2024. Namun, perlu diwaspadai beberapa risiko.
Pertama, adanya potensi front loading yakni penerbitan surat utang cukup masif di awal tahun dapat berdampak bagi pasar obligasi.
Kedua, melebarnya selisih yield antara Surat Utang Negara (SUN) Indonesia dibandingkan dengan yield US Treasury, sehingga membuat pasar Indonesia menjadi kurang menarik. Kondisi ini dapat terjadi apabila pendapatan ekspor Indonesia turun akibat melemahnya harga komoditas global.
Baca Juga: Simak Tips Maksimalkan Untung dari Reksadana Pendapatan Tetap
Ketiga, risiko perbedaan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Terakhir, risiko ketidakpastian geopolitik. Terlepas dari empat faktor risiko tersebut, saat ini likuiditas pasar obligasi tanah air dianggap masih terjaga.
“Selama ada ekpektasi penurunan suku bunga, maka seharusnya berinvestasi reksadana pendapatan tetap akan ada potensi capital gain ataupun dari kupon itu sendiri,” kata Ezra dalam konferensi pers, Kamis (18/1).
Oleh karena itu, Ezra mengungkapkan bahwa potensi keuntungan dapat dimanfaatkan untuk berinvestasi pada produk reksadana pendapatan tetap. Dia menilai, saat ada pemangkasan suku bunga maka obligasi tenor pendek akan mendapatkan dampak terlebih dahulu dengan kenaikan harga dan yield bakal turun.
Dari kelas aset pendapatan tetap, Manulife memiliki produk unggulan yaitu Manulife Obligasi Negara Indonesia II (MONI). Potofolio produk reksadana tersebut berisikan obligasi pemerintah dengan porsi sekitar 97% dan sekitar 3% dilengkapi aset pasar uang.
Menurut Ezra, produk MONI cocok diinvestasikan dalam kondisi sekarang karena mengoleksi aset obligasi tenor jangka pendek. Selain itu, produk MONI dapat memberikan imbal hasil yang moderat sekitar 6% - 7% terutama bagi investor yang ingin memanfaatkan pertumbuhan dari obligasi domestik.
Ezra menuturkan, MAMI selaku Manajer Investasi (MI) dalam pengelolaan reksadana pendapatan tetap masih akan menerapkan manajemen aktif. Strategi tersebut memilih tenor dan seri yang memiliki imbal hasil dan nilai yang relatif menarik, sehingga dapat memberikan kinerja optimal untuk investor.
Sebagai informasi, berdasarkan data Infovesta di sepanjang tahun 2023 lalu, indeks yang mengukur rata-rata produk reksadana pendapatan tetap mencetak return tertinggi sebesar 4,73% Year on Year (YoY).
Disusul reksadana pasar uang dengan return sebesar 3,94%YoY, reksadana campuran 0,86% sedangkan reksadana saham terpantau mencatat performa negatif yaitu minus -3,73%YoY.
Baca Juga: Prospek Reksadana Offshore Diproyeksi Menarik Tahun Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News