Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Apabila kinerja rupiah unjuk gigi di hadapan mata uang Negeri Paman Sam, imbal hasil alias return reksadana berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) berpeluang menanjak.
Mengacu data Infovesta Utama, secara year to date hingga 22 April 2016, reksadana dollar jenis saham mencetak imbal hasil paling tinggi yakni sebesar 12,42%. Lalu diikuti oleh reksadana dollar jenis campuran 8,74%, pendapatan tetap 3,76%, serta pasar uang 0,19%.
Investment Director PT Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana menduga, sepanjang tahun 2016, reksadana dollar jenis pendapatan tetap bakal mengoleksi imbal hasil paling tinggi yakni 17%. Lalu diikuti oleh reksadana dollar jenis saham 15%, campuran 15%, serta reksadana pasar uang 2%.
Sebab, Jemmy memproyeksikan, pasar obligasi domestik akan bullish (naik) pada paruh kedua tahun 2016. Sementara pasar saham umumnya tertekan pada pertengahan tahun.
“Kemungkinan rupiah akan terus menguat sampai akhir tahun,” imbuhnya.
Head of Operation and Business Development Panin Asset Management Rudiyanto sepakat, apabila kinerja mata uang Garuda terus menguat, performa reksadana berdenominasi dollar berpotensi menanjak. Alasannya, reksadana dollar jenis saham misalnya, menghadapi dua risiko utama yakni risiko naik turunnya harga serta risiko perubahan kurs.
“Kalau reksadana dollar beraset dasar obligasi tidak memiliki risiko kurs. Soalnya menginvestasikan dana pada obligasi yang berdenominasi dollar AS,” tuturnya.
Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo memaparkan, ada tiga faktor yang patut dicermati dalam pergerakan imbal hasil reksadana dollar. Di antaranya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, kondisi pasar saham dan obligasi, serta sentimen eksternal terkait rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS atawa The Fed dan isu perlambatan ekonomi global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News