Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi korporasi menjadi salah satu instrumen investasi yang menarik di tahun ini. Secara year to date (ytd) atau sejak awal tahun, INDOBeX Corporate Total Return menguat 7,69%.
Return dari obligasi korporasi ini sudah mengungguli obligasi negara, bahkan hingga dua kali lipat. Return obligasi negara yang tercermin dalam INDOBeX Government Total Return hanya 3,83% secara ytd.
Di kuartal ketiga 2021, obligasi korporasi juga tumbuh cukup kuat dengan pertumbuhan sebanyak 2,74%. Namun, obligasi negara tumbuh lebih kuat dengan pertumbuhan sebanyak 2,87%.
Baca Juga: Penjualan ORI020 dimulai esok, begini target Bank Mandiri dan BNI
Head of Investment Research Infovesta, Wawan Hendrayana menilai, kuatnya obligasi korporasi saat ini karena kupon yang ditawarkan cukup tinggi dan lebih tinggi dari surat utang negara (SUN). Bahkan dalam pengamatannya, untuk rating BBB saat ini kuponnya mencapai 10%.
Senada, Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf juga mengamati, saat ini kupon masih belum turun banyak karena melambatnya penerbitan baru dari obligasi korporasi. Penerbitan obligasi korporasi pun masih belum belum sebanding dengan permintaan.
“Jadi mungkin penurunan kupon yang terjadi tidak ekstrem. Selain itu masih ada concern dari obligasi korporasi, sehingga tidak bisa menurunkan kupon lebih banyak,” kata Dimas kepada Kontan.co.id, Jumat (1/10).
Dimas menambahkan, obligasi korporasi banyak diminati saat ini karena adanya kelebihan likuiditas di pasar. Saat ini perbankan memegang obligasi korporasi lebih banyak daripada sebelumnya.
Baca Juga: Turun 0,92% pada Jumat (1/10), ini proyeksi IHSG pada pekan depan
Dalam volatilitas market saat ini, obligasi korporasi masih bisa unggul untuk stabilitas harga. Sehingga menurut Dimas, ini akan jadi solusi bagi investor dengan profil risiko yang tidak terlalu tinggi.
Wawan menambahkan, sepanjang emitennya tidak default, maka kinerjanya masih akan baik di tahun ini. “Akan tetapi, terkait dengan pandemi, risiko default itu meningkat, sehingga investor harus lebih waspada dan pertimbangannya bukan dari imbal hasil yang tinggi, tetapi juga keamanan,” kata Wawan.
Ke depannya, Dimas juga memandang, yield akan terus turun dan obligasi korporasi tidak bisa diharapkan apresiasi harga sangat banyak. “Apresiasi harga tidak akan besar di obligasi korporasi, dari penurunan yield akan langsung berimbang untuk total return beberapa tahun ke depan,” pungkas dia.
Baca Juga: Sinar Mas Agro (SMAR) menerbitkan obligasi dengan bunga hingga 9%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News