Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Dari Rp 46,3 triliun total kredit korporasi yang berpotensi direstrukturisasi, sebesar 45,4% (Rp 21 triliun) diantaranya berasal dari sektor konstruksi – infrastruktur, sedangkan untuk konstruksi – non infrastruktur sebesar 5,4% (Rp 2,5 triliun).
Urutan selanjutnya kredit sektoral yang paling berpotensi direstrukturisasi adalah sektor property – landed house, yakni sebesar 14,3% (Rp 6,6 triliun), metal mining sebesar 6,3% (2,9 triliun), dan transportasi udara sebesar 5,2% (Rp 2,4 triliun).
Baca Juga: Pegawai Mandiri Group sisihkan gaji dan THR untuk donasi
Sedangkan untuk kredit komersial, total kredit yang berpotensi direstrukturisasi adalah Rp 18,7 triliun. Dari jumlah ini, Suria mengatakan 24,1% (Rp 4,5 triliun) diantaranya berasal dari sektor properti – investasi. Sementara sebanyak 14,4% (Rp 2,7 triliun) dari sektor hotel, restoran dan akomodasi. Urutan selanjutnya adalah sektor tekstil, jasa finansial, dan perdagangan metal sebesar 5,9% atau Rp 1,1 triliun.
Suria tetap merekomendasikan beli (buy) saham BMRI namun dengan target harga yang lebih rendah, yakni dengan target harga di Rp 7.700 per saham. Pada perdagangan Jumat (8/5), saham BMRI ditutup menguat 0,96% ke level Rp 4.200 per saham. Meski demikian, saham BMRI masih memberikan return -45,28% sejak awal tahun atau secara year-to-date.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News