kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Restrukturisasi kredit BBNI hingga Rp 69 triliun, analis tetap sarankan beli


Selasa, 02 Juni 2020 / 07:30 WIB
Restrukturisasi kredit BBNI hingga Rp 69 triliun, analis tetap sarankan beli
ILUSTRASI. Petugas teller melayani nasabah?BNI di Jakarta, Senin (9/3).


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek bisnis emiten perbankan cukup menantang di tengah pandemi virus corona. Begitu juga apa yang dialami oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Analis Maybank Kim Eng Rahmi Marina dalam riset 28 Mei 2020 menjelaskan, pertumbuhan kinerja jangka pendek dan kualitas pinjaman BBNI bakal lebih rendah. 

Rahmi memangkas, potensi pertumbuhan kredit BNI dari target yang dibuat sebelumnya 7,4% menjadi hanya tumbuh 3,7% secara tahunan. BBNI akan melakukan pencairan lebih lambat dan selektif untuk kredit korporasi dan konsumen. Kedua jenis kredit tersebut memiliki kualitas aset yang lebih baik dibandingkan dengan segmen lainnya. 

"Ini seperti yang diperkirakan manajemen BBNI atas efek dari pandemi virus corona (Covid 19). Dikombinasikan dengan kemungkinan pinjaman yang direstrukturisasi mencapai 27% dari total portofolio kredit," tulis dia dalam riset. 

Baca Juga: Debitur Bersyukur Ada Relaksasi KUR

Efek lain dari restrukturisasi adalah penurunan pendapatan bunga. "Kami memperkirakan margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) akan jatuh 90 bps dari target awal menjadi 4,1% di tahun ini," terang Rahmi. Ketika pandemi dimulai pinjaman yang direstukturisasi BBNI mencapai Rp 69,8 triliun dalam empat bulan di tahun 2020 atau mencapai 12,8% dari total buku. 

Ini sejalan dengan kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memberikan kelonggaran bagi bank dalam menilai kualitas utang untuk peminjam yang terkena pandemi. Restrukturisasi yang dilakukan BBNI dengan penjadwalan ulang pinjaman, penangguhan pembayaran bunga dan diskon suku bunga. 

Kondisi ini menurut Rahmi, akan membuat rasio kredit macet alias non performing loan (NPL) BBNI meningkat menjadi 4% atau naik 90 bps dari target awal. "Pada level ini kami sejalan dengan panduan terbaru yang dibuat manajemen yang memperkirakan NPL ada di 3,7%-4,5% di tahun 2020," kata dia dalam riset. Akibatnya biaya kredit di tahun 2020 bakal makin berlipat menjadi 3,2%. Sedangkan provisi yang harus disisihkan untuk sisa tahun 2020 Rp 1,6 triliun setiap bulan di luar Rp 2,8 triliun di kuartal I tahun 2020.

Baca Juga: Menebar Special Rate bagi Para Pemilik Duit

Laba bersih BBNI pun diperkirakan hanya Rp 3,3 triliun atau turun 80% dari proyeksi awal Kim Eng. Tapi karena harga saham BBNI sudah sangat terdiskon. Rahmi masih menyarankan beli dengan target harga Rp 5.700 per saham.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×