kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Reli CPO terpicu spekulasi penurunan penanaman kedelai di AS


Kamis, 30 Juni 2011 / 12:01 WIB
Reli CPO terpicu spekulasi penurunan penanaman kedelai di AS
ILUSTRASI. Ilustrasi harga minyak


Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini

KUALA LUMPUR. Reli minyak sawit atau crude palm oil (CPO) berlanjut. Kenaikan ini dipicu spekulasi Amerika Serikat (AS) yang bakal merilis data penurunan penanaman kedelai yang disebabkan hujan lebat. Spekulasi ini meningkatkan harga minyak yang berasal dari biji-bijian.

Kontrak CPO untuk pengiriman September di Malaysia Derivatives Exchange naik 0,7% ke level RM 3.132 atau setara US$ 1.037 per metrik ton, dan berada di RM 3.120 pada pukul 10.59 di Kuala Lumpur.

Analis yang disurvei Bloomberg memperkirakan, penanaman jagung, gandum dan kedelai di AS lebih sedikit dibanding yang mereka targetkan tiga bulan yang lalu. Ini lantaran banjir menyebabkan lahan pertanian terlalu berlumpur. Penanaman kedelai diprediksi hanya seluas 76,487 juta hektare, dibandingkan proyeksi Departemen Pertanian sebelumnya di 76,609 juta hektare.

Departemen Perkebunan AS atau U.S. Department of Agriculture (USDA) dijadwalkan untuk merilis data tersebut, pada hari ini.

Wakil presiden futures & option OSK Investment Bank Bhd. Ryan Long menyebut, ekspektasi penanaman lebih sedikit, berarti produksi akan berkurang, sehingga harga minyak sawit dan kedelai akan lebih tinggi. "Itu akan menjadi berita positif yang mendukung harga CPO," ujarnya.

Sementara, minyak kedelai untuk pengiriman Desember di Chicago Board of Trade diperdagangkan naik 0,6% ke level 57,35 sen per pound.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×