Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana saham menjadi reksadana yang paling moncer kinerjanya sepanjang tahun ini. Sepanjang Agustus, kinerja reksadana saham yang tercermin pada Infovesta 90 Equity Fund Index yang naik 2,18% secara bulanan dan menguat 3,61% sejak awal tahun.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 3,27% dalam sebulan dan menguat 9,07% sejak awal tahun.
Berdasarkan data Infovesta Utama, tercatat Panin Dana Ultima dan Panin Dana Maksima jika menguat 42,80% dan 35,35% sejak awal tahun hingga akhir Oktober. Kinerja tersebut merupakan yang terbaik untuk kelas reksadana saham.
Baca Juga: Saham Blue Chip Sudah Beri Untung Tinggi, Cek Yang Masih Bisa Naik Harga Lagi
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, pemilihan saham dilakukan berdasarkan strategi value investing. Saham ini berkinerja baik seiring pemulihan aktivitas ekonomi sehingga pada akhirnya ikut mengerek naik kinerja reksadana saham.
"Membeli saham yang valuasi murah dan fundamental baik. Ada pula yang mengkombinasikan strategi value dengan momentum di makro ekonomi dan laporan keuangan," kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (7/9).
Jika melihat dari laporan portofolio Investasi Panin Dana Ultima per Agustus 2022, tercatat 10 besar saham terbesarnya adalah ADMF, ASII, BBCA, BBNI, PNBN, BBRI, PTBA, BUMI, PNLF, dan SMRA.
Baca Juga: Danamon Gandeng Eastspring Hadirkan Reksa Dana Indeks Eastspring IDX ESG Leaders Plus
Ke depan, Rudiyanto mengaku akan melakukan pengelolaan reksadana secara aktif. Menurut dia, jika target harga sudah tercapai atau ada keperluan pembayaran redemption, reksadana ini dapat bisa mengubah isi portofolio.
Rudiyanto menjelaskan sentimen kenaikan BBM secara umum hanya satu dari sekian banyak faktor yang berdampak terhadap kinerja emiten.
"Perusahaan dengan manajemen yang baik biasanya dapat mengupayakan penghematan biaya/peningkatan penjualan untuk kenaikan biaya sehingga tidak terlalu jadi concern," tuturnya.
Baca Juga: Tertekan Obligasi, Kinerja Reksadana Campuran Bisa Terangkat Porsi Saham
Dia menjelaskan, kinerja saham ke depan masih akan didukung oleh pertumbuhan ekonomi secara umum. Sedangkan dari sisi risiko, kenaikan inflasi serta adanya perubahan suku bunga bisa menjadi sentimen negatif.
"Kenaikan suku bunga di Indonesia diperkirakan paling banyak total 0,75%-1%. Angka tersebut tidak sampai mengubah arah makro ataupun kinerja perusahaan. Tahun 2023 diperkirakan inflasi juga kembali rendah sehingga tidak terlalu menjadi concern dalam pengelolaan reksadana," pungkas Rudiyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News