kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana saham anyar siap membanjiri pasar


Rabu, 03 April 2013 / 17:11 WIB
Reksadana saham anyar siap membanjiri pasar
ILUSTRASI. Rekomendasi saham AALI, INDF, KLBF, SIDO untuk perdagangan hari ini


Reporter: Aceng Nursalim | Editor: Imanuel Alexander

Jakarta. Anda yang rajin mengikuti perkembangan di pasar modal Indonesia tentu tahu bagaimana pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun ini. Indeks bursa saham Indonesia ini mencetak rekor penutupan tertinggi lebih dari 20 kali dalam waktu kurang dari tiga bulan.

Hari Kamis lalu (28/3), untuk kesekian kalinya IHSG memecahkan rekor penutupan tertinggi. IHSG menyentuh level 4.940,99. Jadi, selama 2013 ini, IHSG sudah mencetak kenaikan sekitar 14,46%.

Melihat prestasi indeks saham merah putih ini, tidak aneh kalau kinerja reksadana yang berbasis saham juga melesat tajam. PT Infovesta Utama mencatat, selama dua bulan pertama 2013, reksadana saham mencatat return tertinggi bila imbal hasilnya dibandingkan dengan reksadana lainnya.

Pada akhir Februari lalu, Indeks Infovesta Equity Fund mencatatkan kenaikan sekitar 10,58% sejak awal tahun. Memang, kenaikan indeks reksadana saham ini tidak setinggi kenaikan IHSG dua bulan pertama, yang mencapai sekitar 11,10%. Tapi, kenaikan ini masih lebih tinggi dibanding dengan jenis reksadana yang lain. Kinerja indeks Infovesta Balanced Fund hanya naik 6,82% selama periode yang sama. Sementara, indeks Infovesta Fixed Income Fund cuma naik 0,84%.

Para pengamat menilai posisi IHSG saat ini memang sudah terhitung sangat tinggi. Artinya, bisa dibilang peluang kenaikan juga semakin terbatas.

Analis PT Infovesta Utama Praska Putrantyo memprediksikan, IHSG sepanjang 2013 bakal menguat sekitar 14,7%. Artinya, berdasarkan hitungan Praska, di akhir tahun nanti IHSG bakal ditutup di level 4.950, tidak jauh berbeda dengan posisi penutupan IHSG Rabu lalu.

Proyeksi Presiden Direktur First State Investment Indonesia Hario Soeprobo tidak jauh beda. Ia meramal IHSG akan tumbuh sekitar 13%–14% hingga akhir tahun nanti. “Proyeksi itu sesuai dengan hitungan price to earning ratio IHSG,” jelas dia.

Meski posisi IHSG saat ini sudah tinggi, para pelaku industri reksadana tidak khawatir. Menurut Praska, investor saat ini sudah paham bahwa reksadana merupakan instrumen investasi jangka panjang.

Janji cuan masih menggiurkan

Selain itu, reksadana saham juga masih menjanjikan keuntungan yang menggiurkan. Alasannya, prospek saham yang menjadi aset dasar reksadana juga masih menjanjikan. Praska menuturkan, pasar saham Indonesia masih bisa tumbuh pesat didukung optimisme investor atas pertumbuhan ekonomi global.

Apalagi, likuiditas di pasar finansial global juga sedang sangat cair akibat berbagai program stimulus yang diberlakukan berbagai negara. “Aksi kebijakan kelonggaran moneter, berupa stimulus maupun suku bunga rendah dari negara-negara dengan ekonomi besar, mendorong derasnya aliran dana asing ke pasar modal emerging market,” terang Praska.

Tambah lagi, dari sisi fundamental, pasar modal Indonesia juga masih menarik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih solid. Kebijakan makroekonomi, seperti suku bunga, juga masih mendukung ekonomi dalam negeri tumbuh.

Prospek kinerja emiten-emiten yang ada di bursa juga masih cerah. “Tantangan industri reksadana saham hanya dipengaruhi oleh sentimen di pasar dalam jangka pendek, yang berpengaruh pada nilai pasar portofolio reksadana saham,” tandas Praska.

Karena itulah, para pengamat yakin, reksadana saham masih bisa memberikan cuan yang menarik. Menurut hitungan Praska, potensi return rata-rata reksadana saham tahun ini berkisar antara 11,5%–14,8%. Hal ini membuat minat investor berinvestasi di reksadana saham tetap tinggi. Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Muhammad Hanif menuturkan bahwa permintaan reksadana saham juga masih cukup besar. Para manajer investasi pun tidak menyia-nyiakan peluang ini untuk menerbitkan produk baru.

Awal tahun ini, beberapa manajer investasi sudah melempar produk reksadana saham baru mereka ke pasar. Bulan lalu, Indonesia (MAMI) merilis reksadana saham bertajuk Manu-life Saham SMC Plus.

Manulife akan membiakkan dana investor yang ditempatkan di reksadana ini lewat saham-saham pilihan berkapitalisasi kecil dan menengah. Manulife menargetkan produk ini bisa mengumpulkan dana kelolaan hingga Rp 1 miliar pada akhir tahun nanti.

Selain Manulife, PT Lautandhana Investment Management dan PT Samuel Aset Manajemen juga tidak ketinggalan menerbitkan reksadana baru. Kedua perusahaan ini menerbitkan reksadana saham syariah.

Yang paling anyar adalah reksadana saham besutan PT CIMB Principal Asset Management. Perusahaan manajemen investasi ini menerbitkan reksadana yang diberi nama CIMB Principal Indo Domestic Equity Fund. Reksadana saham ini memiliki underlying asset berupa saham-saham sektor infrastruktur dan konsumsi.

Nantinya, CIMB Principal akan menempatkan paling sedikit 80% dana kelolaan pada saham-saham yang bisnisnya berfokus pada sektor domestik. Sementara, maksimal 20% dana kelolaan akan diinvestasikan pada saham yang bisnisnya tidak berfokus pada pasar domestik, seperti saham-saham komoditas.

Menurut Fadlul Imansyah, Vice President Investment CIMB Principal, saham-saham yang menjadi aset dasar produk ini antara lain saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Selain itu ada juga saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).

CIMB Principal menetapkan modal penyertaan awal reksadana ini minimal Rp 100.000, dengan biaya pembelian maksimal 1%. CIMB Principal menargetkan reksadana ini bisa memberikan imbal hasil sebesar 15%–20% per tahun. Targetnya, akhir tahun ini CIMB Principal Indo Domestic Equity Fund bisa mengumpulkan dana kelolaan antara Rp 200 miliar–Rp 300 miliar.

Dalam waktu dekat, beberapa perusahaan manajemen investasi lain juga bakal menerbitkan reksadana saham ke pasar. Salah satunya adalah PT Mandiri Manajemen Investasi. Rencananya, anak usaha PT Bank Mandiri Tbk ini bakal melepas reksadana saham berkonsep syariah. Targetnya, pada kuartal dua nanti investor sudah bisa menanamkan duitnya di reksadana tersebut. “Kami berharap akhir April atau awal Mei sudah launching, karena saat ini masih dalam proses,” sebut Hanif.

Tapi, Hanif masih enggan membuka detail produk reksadana baru ini. Yang jelas, ia mengungkapkan reksadana ini akan membiakkan dana investor melalui saham-saham syariah yang likuid, dengan rata-rata transaksi Rp 10 miliar per hari dalam satu tahun terakhir.

Dengan strategi tersebut, Hanif berharap, produknya bisa memberikan imbal hasil sekitar 15% per tahun. Mandiri Manajemen Investasi juga mengincar dana kelolaan Rp 1 triliun dari reksadana saham syariah ini.

Senada, PT First State Investment Indonesia juga tengah mempersiapkan produk reksadana saham baru. Hario Soeprobo mematok reksadana saham tersebut sudah bisa dipasarkan kuartal ketiga nanti. “Strategi investasi dan struktur masih kami godok,” tandas dia.

Perusahaan manajemen investasi lain yang juga tengah menyiapkan produk reksadana adalah PT BNP Paribas Investment Partners. Perusahaan investasi ini juga menargetkan bisa melepas reksadana saham anyar ke pasaran pada kuartal tiga mendatang. Targetnya, dari reksadana ini BNP Paribas bisa mengumpulkan dana kelolaan hingga Rp 500 miliar.

Namun, Vivian Secakusuma, Presiden Direktur BNP Paribas, menyatakan belum bisa membeberkan karakter dan strategi reksadana saham ini lebih detail. Ia beralasan, saat ini pihaknya masih mempelajari strategi yang cocok agar reksadana saham baru ini tidak tumpang tindih dengan reksadana saham BNP Paribas yang sudah ada.

Sekadar informasi, saat ini BNP Paribas sudah memiliki setidaknya delapan reksadana saham. Berdasarkan data Infovesta, tiga reksadana saham BNP Paribas, yakni BNP Paribas Inspira, BNP Paribas Maxi Saham, dan BNP Paribas STAR, mampu membukukan pertumbuhan kinerja di atas rata-rata kinerja reksadana saham sejak awal 2013 lalu.

Satu strategi

Praska menilai banjir produk reksadana saham tahun ini positif bagi investor. Menurut dia, dengan makin banyaknya produk reksadana saham yang beredar, investor jadi punya pilihan lebih banyak. “Ini menambah alternatif diversifikasi,” imbuh dia. Jadi, investor tinggal memilih reksadana mana yang kira-kira bakal memberikan imbal hasil paling menarik.

Imbal hasil ini nanti bakal bergantung pada strategi yang digunakan manajer investasi pengelola reksadana tersebut. Nah, tahun ini, rata-rata para manajer investasi menggunakan strategi yang mirip, yakni memfokuskan dana investor ke saham-saham yang memiliki orientasi pasar domestik.

Menurut Praska, reksadana berbasis sektor-sektor saham yang terkait domestic demand cenderung lebih defensif dalam jangka panjang. Apalagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia belakangan lebih banyak digerakkan oleh permintaan dalam negeri.

Selain itu, daya beli masyarakat Indonesia yang terus meningkat juga menguntungkan bagi emiten-emiten yang bisnisnya fokus pada pasar domestik. Tambah lagi, saat ini pemerintah masih menerapkan kebijakan suku bunga rendah, yang mendukung penguatan permintaan domestik. Karena itu, wajar saham-saham tersebut lantas menjadi pilihan para manajer investasi.

Hal serupa diungkapkan Presiden Direktur CIMB Principal Asset Management Reita Farianti. Menurut Reita, pihaknya memilih saham-saham yang fokus pada pasar domestik karena melihat konsumsi domestik masih tinggi. “Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang makin besar, tahan dari krisis, dengan populasi produktif yang semakin makmur,” ujar dia.

Karena itu, jeroan kebanyakan reksadana saham baru yang dirilis tahun ini tidak akan berbeda jauh. Reita menuturkan, underlying asset produk reksadana anyar CIMB Principal akan fokus pada beberapa sektor saja. “Kami akan menitikberatkan pada saham sektor konstruksi properti, semen, otomotif dan sektor perbankan,” papar dia.

Begitu pula dengan First State. “Intinya kami akan memilih saham dari semua sektor yang mampu memberikan profit terhadap situasi ekonomi Indonesia saat ini,” kata Hario. First State antara lain bakal fokus pada saham sektor perbankan dan properti.

Mandiri Manajemen Investasi mengambil langkah serupa. Melalui reksadana barunya nanti, perusahaan manajemen investasi ini akan menempatkan dana nasabah pada saham-saham syariah yang bergerak dalam bisnis properti, barang konsumer, alat berat, semen, dan infrastruktur.

Lautandhana dan Samuel yang sudah lebih awal merilis reksadana tahun ini juga memakai strategi serupa. Lautandhana menempatkan dana investor dalam reksadana Lautandhana Saham Syariah pada saham-saham sektor barang konsumer dan properti.

Sementara itu, Samuel menempatkan dana investor reksadana SAM Sharia Equity Fund pada saham-saham sektor infrastruktur, konstruksi, properti, barang konsumsi dan ritel. Selain itu, Samuel membidik sektor telekomunikasi dalam portofolio.

Meski berinvestasi dalam saham-saham yang memiliki orientasi pasar domestik merupakan strategi paling pas saat ini, bukan berarti strategi ini tidak berisiko. Praska menyebutkan, tingkat inflasi yang tinggi bisa menjadi ancaman terhadap strategi tersebut.

Selain itu, kenaikan harga bahan baku produksi juga bisa menjadi ancaman. “Kenaikan harga bahan baku dapat menggerus margin laba emiten,” imbuh Praska.


Jadi, kalau Anda berniat menambah portofolio reksadana saham, pastikan Anda juga siap menghadapi risiko-risiko tersebut.


***Sumber : KONTAN MINGGUAN 27 - XVII, 2013 Reksadana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×