Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: S.S. Kurniawan
Kinerja kinclong tertoreh di 2016. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun lalu meningkat 15,32% di level 5.296,7.
Ini merupakan kenaikan tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Bukan cuma itu, pertumbuhan tertinggi kelima di antara bursa-bursa utama dunia serta tertinggi kedua di kawasan Asia Pasifik.
Imbal hasil reksadana berbasis pun mengekor kinerja indeks, tumbuh. Tahun lalu, menurut Wawan Hendrayana, Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama, rata-rata return reksadana saham sebesar 7,7%.
“Hanya, dari 191 reksadana saham yang sudah berumur satu tahun, 25 produk saja yang berhasil mengalahkan indeks,” ungkap Wawan.
Tahun ini, Wawan memproyeksikan, kinerja reksadana saham bisa lebih baik, dengan rata-rata imbal hasil di kisaran 9% hingga 10%. Yang jadi katalis positif, pertumbuhan ekonomi kita lebih bagus ketimbang tahun lalu.
Lalu, Program Pengampunan Pajak alias Tax Amnesty yang masuk periode III. Dana repatriasi pajak yang masuk ke perbankan sudah bisa dipakai untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur.
Prospek yang lebih cerah mendorong manajer investasi (MI) menelurkan reksadana saham baru. Misalnya, PT RHB Asset Management Indonesia yang merilis produk bertajuk RHB TM Indo-Asia Equity Fund.
Variasi pilihan
Adri Firmansyah, Head of Product Operation, Marketing & Customer Support RHB Asset, mengatakan, peluncuran produk reksadana saham itu juga untuk memberikan variasi pilihan berinvestasi bagi investor. “Sekaligus untuk ikut menunggangi potensi pertumbuhan ekonomi di pasar Asia kecuali Jepang,” kata dia.
Itu sebabnya, dalam kebijakan investasinya, RHB Asset juga akan menempatkan dana kelolaan Reksadana RHB TM Indo-Asia Equity Fund pada efek bersifat ekuitas dari perusahaan-perusahaan dengan bisnis di Asia kecuali Jepang.
Reksadana racikan anak usaha Osk ini membidik investor institusi dan ritel. Khususnya, pemodal yang memiliki profil risiko agresif, dengan horizon investasi jangka menengah panjang.
Serta, investor yang ingin ikut menikmati diversifikasi portofolio ekuitas, terutama pada perusahaan-perusahaan asing yang mengambil keuntungan dari potensi pertumbuhan ekonomi di pasar Asia kecuali Jepang.
Adri menjelaskan, strategi investasi di luar Indonesia mengacu pada peluang investasi dengan valuasi yang lebih rendah relatif terhadap perhitungan fair value. Tujuannya, untuk membentuk portofolio dengan investasi yang high conviction. Tentu, “Dengan memperhatikan diversifikasi dari sektor, katalis, dan negara yang bersangkutan,” ujarnya.
Komposisi portofolio investasi Reksadana RHB TM Indo-Asia Equity Fund: minimum 80% dan maksimum 100% pada saham yang diperdagangkan di dalam maupun luar negeri. Untuk yang luar negeri, porsinya 15% yang diinvestasikan di pasar Asia kecuali Jepang.
Kemudian, paling sedikit 0% dan paling banyak 20% dari total dana kelolaan reksadana ini akan masuk ke instrumen pasar uang dalam negeri, yang mempunyai jatuh tempo kurang dari 1 tahun atau deposito. “Untuk kepentingan menjaga likuiditas dari reksadana, penempatan dipilih hanya pada deposito dengan jatuh tempo maksimum satu bulan,” beber Adri.
RHB Asset akan menempatkan dana kelolaan reksadana tersebut pada saham-saham perusahaan dengan kapitalisasi besar dan menengah di Indonesia dan Asia minus Jepang. “Lantaran 85% dari portofolio masih diinvestasikan di pasar lokal, top five sahamnya masih saham lokal,” ujar Adri.
Peluang valuasi saham lokal, Adri bilang, berada pada saham telekomunikasi dan komoditas tertentu. Kemudian, sektor yang akan mendapat berkah dari pemulihan pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk sektor cyclical, seperti konsumer, properti, serta perbankan.
Untuk peluang investasi saham di luar negeri, selain valuasi juga mempertimbangkan diversifikasi dari sektor atau peluang bisnis yang berbeda dengan yang ada di Indonesia. Termasuk, teknologi dan ekonomi emerging market lain, seperti China dan India. Tapi, “Reksadana ini cenderung fully invested (95%–99%) di efek ekuitas,” tambah Adri.
Tanpa menyebut angka, dengan strategi investasi tersebut, Adri memproyeksikan, reksadana ini bisa menghasilkan return per tahun di atas IHSG. “Namun demikian, profil investor dari reksadana saham ini bersifat agresif dan harus bersedia dengan kemungkinan imbal hasil yang berkorelasi lebih rendah berbanding IHSG,” kata Adri mengingatkan.
Anda tertarik? Cukup merogoh kocek Rp 1 juta untuk investasi awal dan investasi selanjutkan.
Biaya pembelian dan penjualan kembali masing-masing 3% dan 2% dari nilai pembelian dan penjualan kembali. RHB Asset menargetkan dana kelolaan Rp 300 miliar di akhir 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News