Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pasar finansial tanah air mengalami tekanan cukup hebat pasca libur lebaran Idul Fitri 2024. Utamanya konflik Timur Tengah membawa sentimen negatif bagi nilai tukar rupiah, saham, serta obligasi.
Chief Investment Officer PT BRI Manajemen Investasi (BRI-MI), Herman Tjahjadi, mengatakan bahwa ketegangan antara Israel dan Iran, serta kembali meningkatnya inflasi Amerika Serikat (AS) merupakan sentimen yang membebani pasar akhir-akhir ini.
Sebab, sentimen tersebut telah menguatkan posisi dolar AS sebagai instrumen safe haven oleh para investor global.
Baca Juga: Gubernur ECB Tetap Berencana Menurunan Suku Bunga Meskipun Global Stabil
“Mata uang dolar menguat terhadap semua mata uang negara-negara berkembang, sehingga rupiah pun terkoreksi ke level sekitar Rp 16.200. Ini mengakibatkan pasar saham maupun pasar obligasi domestik menghadapi koreksi pasca libur Lebaran 2024,” jelas Herman dalam siaran pers, Rabu (24/4).
Oleh karena itu, Herman menganjurkan bagi para investor untuk melakukan diversifikasi portofolio untuk mengoptimalkan nilai investasi dalam jangka panjang di tengah situasi geopolitik saat ini.
BRI Manajemen Investasi menyarankan investor untuk mengambil strategi konservatif dalam masa-masa ketidakpastian global dengan berinvestasi ke dalam produk konservatif seperti reksadana Pasar Uang (RDPU).
Sementara, bagi investor dengan risiko profil lebih tinggi, bisa tetap melakukan investasi secara bertahap ke dalam reksadana pendapatan tetap dan/atau campuran, sambil tetap memonitor kondisi perkembangan geopolitik.
Baca Juga: Sejumlah Dapen Catatkan Kinerja Positif Hasil Investasi pada Kuartal I 2024
Berdasarkan kondisi terkini, BRI-MI merekomendasikan dua produk yaitu Reksadana BRI Seruni Pasar Uang II (SPU II) untuk investor konservatif, dan reksadana campuran yaitu reksadana BRI anggrek fleksibel bagi investor yang memiliki profil risiko yang lebih tinggi sebagai diversifikasi produknya.