Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana pendapatan tetap paling unggul di antara jenis reksadana lain. Analis dan manajer investasi optimistis pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap masih akan berlanjut dan menjadi jawara di tahun ini.
Berdasarkan data Infovesta hingga Agustus, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infovesta 90 Fixed Income Fund Index tumbuh 5,19% secara tahunan. Kinerja tersebut jadi yang paling tinggi di antara jenis reksadana lain.
Lihat saja, kinerja reksadana saham secara rerata masih minus 18,68% ytd. Begitu pun kinerja reksadana campuran yang minus 8,42% ytd. Sementara, kinerja reksadana pasar uang meningkat 3,22%.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kinerja reksadana pendapatan tetap meningkat karena kinerja aset obligasi terpengaruh naik akibat pergerakan suku bunga acuan Bank Indonesia yang menurun.
Baca Juga: IHSG diprediksi akan melemah pada perdagangan Jumat (4/9), ini saran analis
Reksadana Bahana Prime Income Fund milik Bahana TCW Investment menjadi salah satu reksadana yang berkinerja unggul. Tercatat secara bulanan kinerja reksadana ini tumbuh 2,04% lebih tinggi dari rerata kinerja reksadana pendapatan tetap yang tumbuh 0,73% di periode yang sama.
Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo mengatakan reksadananya mampu berkinerja lebih tinggi karena memiliki aset Surat Berharga Negara (SBN) dalam durasi panjang. "Tenor panjang dipilih karena kami ingin memanfaatkan kondisi makro saat ini yang masih deflasi dan ancaman resesi," kata Soni.
Kondisi makro saat ini memungkinkan pemerintah untuk mempertahankan suku bunga rendah dan ini menguntungkan obligasi tenor panjang.
Baca Juga: Resesi di depan mata, investasi saham bisa jadi pilihan utama investor jangka panjang
Reksadana Sucorinvest Bond Fund milik Sucorinvest Asset Management juga catatkan kinerja unggul dengan tumbuh 2,08% secara bulanan di Agustus. Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf mengatakan pertumbuhan kinerja didorong oleh strategi pengelolaan aset obligasi secara aktif.
"Kemarin masuk ke SBN tenor 2-7 tahun dan mendapat apresiasi kinerja lumayan, " kata Dimas. Ke depan Dimas mengatakan pemilihan obligasi berpotensi beralih ke tenor yang lebih panjang. Namun, saat ini Dimas mengamati volatilitas di pasar obligasi juga cukup tinggi, sehingga strategi pengelolaan aset obligasi yang aktif masih akan diterapkan.
Hingga akhir tahun, Soni memproyeksikan kondisi makro tidak akan banyak berubah dan cenderung menguntungkan kinerja reksadana pendapatan tetap. Soni memproyeksikan imbal hasil reksadana racikannya tumbuh 12% di akhir tahun.
Baca Juga: Siap-siap resesi, diversifikasi portofolio jadi solusi
Wawan juga memproyeksikan di kuartal IV suku bunga BI berpotensi turun sekali lagi menjadi ke 3,75%. Sentimen yang mendorong suku bunga masih dalam tren menurun adalah inflasi yang masih rendah. Bahkan sudah dua deflasi terjadi dua kali berturut-turut di Juli dan Agustus.
Bank Indonesia memproyeksikan inflasi akhir tahun di berpotensi di bawah kisaran 2%. "Jika suku bunga kembali turun maka harga obligasi bisa lompat dan kinerja reksadana pendapatan tetap akan terus naik," kata Wawan.
Wawan optimistis rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap akan sentuh 7% di tahun ini. Namun, jika suku bunga kembali turun, maka imbal hasil berpotensi naik ke 8%.
Dimas juga mengatakan reksadana pendapatan tetap masih menarik untuk dimiliki. Dimas memproyeksikan yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun diproyeksikan menurun ke 6,5%. Dengan posisi yield saat ini yang berkisar 6,9% maka harga obligasi negara berpotensi naik 4%.
Selanjutnya: Direktur Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya: Belajar investasi saham dari nol
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News