kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana pendapatan tetap bisa jadi pilihan investasi di sisa 2020


Selasa, 30 Juni 2020 / 21:02 WIB
Reksadana pendapatan tetap bisa jadi pilihan investasi di sisa 2020
ILUSTRASI. Investasi


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jadi salah satu instrumen yang memberikan return positif sepanjang 2020, pergerakan obligasi korporasi dinilai belum mencerminkan kondisi sebenarnya.

Pasalnya, Direktur Panin Asset Management (PAM) Rudiyanto menilai transaksi di pasar obligasi korporasi tidak begitu likuid.

"Obligasi korporasi memang pergerakan harganya relatif stabil, namun tidak terlalu mencerminkan kondisi sebenarnya karena transaksi yang tidak likuid," ujar Rudiyanto kepada Kontan, Selasa (30/6).

Baca Juga: Menegok aktivitas bisnis ke-13 manajer investasi yang ditetapkan tersangka Kejagung

Selanjutnya, dia memperkirakan hingga akhir tahun kinerja obligas korporasi masih akan tetap stabil. Meskipun begitu, investor tetap perlu mewaspadai risiko gagal bayar pada instrumen investasi tersebut.

Adapun pilihan instrumen lain yang menurut Rudiyanto menarik untuk dilirik adalah reksadana pendapatan tetap, dimana di dalamnya terdapat produk obligasi korporasi dan obligasi pemerintah.

"Reksadana pendapatan tetap bisa jadi pertimbangan, karena tren bunga sedang rendah, potensi returnya bisa 8%-10% hingga akhir 2020," prediksinya.

Di sisi lain, Rudy menilai instrumen saham di semester II-2020 berpotensi naik, disertai dengan volatilitas yang masih cukup tinggi.

Baca Juga: Merugi Karena Terkait Jiwasraya dan Asabri, Grup Pool Advista Cari Investor Strategis

Selain itu, jika pandemi Covid-19 memburuk di sisa 2020 maka prospek saham berpotensi memburuk dan mengalami koreksi lanjutan. Namun, Rudiyanto meyakini penurunannya tidak akan sedalam awal 2020.

Rudiyanto menilai, lewat dukungan investor lokal yang sangat kuat di pasar modal, terlebih ketika harga IHSG turun ke level psikologis mampu jadi penopang prospek saham di sisa 2020.

Prediksinya, level psikologis IHSG akan berada di kisaran 4.500 hingga 4.750 dengan level support yang sangat kuat.

Ditambah lagi, investor korporasi yang memiliki dana besar cenderung standby untuk mulai masuk ke pasar saham Tanah Air. Asumsinya, harga wajar IHSG akan berada di kisaran 5.500 hingga 6.000 di sisa tahun ini, dengan catatan Covid 19 tidak memburuk.

"Secara umum, investor cukup melakukan diversifikasi sehingga tidak perlu ada instrumen investasi yang dihindari secara spesifik. Kalaupun ada, cukup hindari penawaran produk fixed rate yag tidak jelas cara kerja dan produksinya," tambahnya.

Berdasarkan rangkuman Kontan, diketahui instrumen investasi yang memberikan return tertinggi sepanjang periode Januari-Juni 2020 adalah emas berjangka untuk pengiriman Agustus yang diperdagangkan di Comex mencatatkan kenaikan 16,94% dari US$ 1.523 per ons troi menjadi US$ 1.781 per ons troi pada Senin (29/6).

Baca Juga: 10 saham paling banyak dikoleksi asing Senin (29/6)

Sedangkan emas antam tercatat naik 5,8% dengan harga beli Rp 771.000 per gram di akhir 2019 dan harga buyback per Selasa (30/6) sebesar Rp 814.000 per gram.

Selanjutnya, ada instrumen valuta asing (valas) untuk pasangan EUR/GBP yang mencatatkan kenaikan 7,92% per Selasa (30/6) di level 0.9129. Disusul dengan obligasi korporasi yang naik 4,44% year to date (ytd) berdasarkan data Penilaian Harga Efek Indonesia (PHEI).

Sebaliknya, mengutip RTI Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jadi instrumen yang mencatatkan penurunan cukup dalam selama periode Januari-Juni 2020, yakni melorot 22,10%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×