Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan The Fed yang memangkas suku bunga acuan secara ekstrim mengejutkan beberapa pihak. Pasalnya suku bunga acuan saat ini sebesar 0%-0,25%, menjadikannya rekor terendah sejak krisis finansial yang terjadi pada 2008 silam.
Hal tersebut disinyalir bisa menjadi sentimen positif tambahan di tengah tren kenaikan imbal hasil atau yield Surat Utang Negara (SUN) Indonesia. Pasalnya ini akan mendorong Bank Indonesia (BI) untuk kembali menurunkan suku bunga.
Baca Juga: Terus merosot, ini skenario terburuk IHSG hingga akhir semester I-2020
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana melihat kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan menjadi angin segar bagi reksadana pendapatan tetap. Ini juga cukup mengejutkannya karena ia memproyeksikan BI hanya akan menurunkan suku bunga dua kali pada tahun ini.
“Dengan demikian, tahun ini akan bisa lebih dari dua kali dan saya prediksi di minggu ini atau minggu depan akan ada pemangkasan ke 4,5%. Kalau suku bunga turun, yield obligasi akan turun juga dan otomatis harganya naik sehingga menguntungkan reksadana pendapatan tetap,” ujar Wawan ketika dihubungi Kontan.co.id..
Namun Wawan menyebut sentimen negatif reksadana pendapatan tetap saat ini bukan berasal dari kondisi makro Indonesia. Justru berasal dari kemungkinan investor asing yang melakukan aksi jual SUN imbas kekhawatiran yang terjadi di pasar karena pandemi corona.
Baca Juga: Di tengah tekanan pasar, Bareksa masih bukukan kenaikan dana kelolaan
“Kalau dilihat kan seminggu terakhir BI ada upaya stabilkan harga. Kalau dari sisi risiko, reksadana pendapatan tetap itu kecil sekali apalagi kalau investor bisa pegang dua tahun,” terang Wawan.