kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,19   -8,30   -0.90%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Di tengah tekanan pasar, Bareksa masih bukukan kenaikan dana kelolaan


Senin, 16 Maret 2020 / 20:35 WIB
Di tengah tekanan pasar, Bareksa masih bukukan kenaikan dana kelolaan
ILUSTRASI. Per 15 Maret 2020, dana kelolaan Bareksa sudah tembus melebihi Rp 2 triliun, melesat 20% dibanding akhir 2019.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya tekanan di pasar keuangan akibat sebaran virus corona, rupanya tidak menghilangkan minat investor untuk terus berinvestasi. Hal ini tercermin dari meningkat dana kelolaan atau asset under management (AUM) Bareksa sepanjang Maret 2020.

Di tengah ambruknya pasar saham dan finansial global, total dana kelolaan marketplace finansial Bareksa justru masih terus bertumbuh. Asal tahu saja, per 15 Maret 2020 dana kelolaan Bareksa sudah tembus melebihi Rp 2 triliun, melesat 20% dibanding akhir 2019.

Jika dibandingkan dengan angka bulan lalu, di saat pandemi virus corona menyeret bursa saham global ke zona merah, AUM Bareksa masih melonjak 12%. Padahal, IHSG dalam periode yang sama ambrol 17%.

Baca Juga: Pemerintah tetapkan target indikatif sukuk ritel SR012 hingga Rp 8 triliun

Peningkatan AUM ini didorong nilai subscription (pembelian) reksadana selama satu bulan terakhir, termasuk Sukuk Ritel (SR 012) yang diterbitkan Pemerintah RI yang tercatat menguat 48%, dibandingkan periode sama bulan sebelumnya. Selain itu, jumlah nasabah Bareksa pun terus bertumbuh, sudah mencapai 800 ribu atau sekitar 42% dari jumlah investor reksa dana di Indonesia.

"Jika tren ini berlanjut, ini menunjukkan potensi fintech di area e-investasi bukan hanya untuk melakukan pendalaman, tapi juga stabilisasi market di masa-masa mendatang, khususnya di saat terjadi guncangan besar di dunia keuangan Indonesia," kata Co-founder/CEO Bareksa, Karaniya Dharmasaputra dalam keterangan resminya Senin (16/3).

Baca Juga: Bareksa mencatat penjualan SBR009 sekitar 2% dari kuota nasional

Selanjutnya, bersama-sama pemain lainnya, Bareksa siap ikut membantu pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam meredam dampak pandemi Covid-19 di pasar keuangan. Bareksa juga menetapkan sejumlah kebijakan untuk ikut mendukung upaya meredam penyebaran Covid-19 sembari tetap menjamin layanan bagi nasabah.

Pertama, Bareksa menerapkan kebijakan kerja dari rumah (work from home) untuk semua divisi pada periode 17-31 Maret 2020. "Untuk periode selanjutnya akan diputuskan melihat perkembangan situasi," Karaniya menambahkan.

Kedua, memastikan semua layanan nasabah akan tetap berjalan seperti biasa. Nasabah masih bisa bertransaksi melalui website (mobile dan desktop) serta aplikasi Bareksa. Pertanyaan bisa disampaikan melalui e-mailcs@bareksa.com, nomor telepon call center 5011-7000, serta media sosial resmi Bareksa.

Baca Juga: Beli reksadana di Bareksa kini bisa menggunakan OVO

“Menjaga kesehatan dan kenyamanan nasabah dalam bertransaksi tetap menjadi yang utama. Karena itu, Bareksa memastikan layanan nasabah akan berjalan normal sementara karyawan bekerja dari rumah," tegasnya.

Ketiga, Bareksa siap membantu pemerintah dan OJK dalam meringankan tekanan di pasar modal dan keuangan nasional. Antara lain, dengan terus mendukung penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online--di mana saat ini masih dalam masa penawaran Sukuk Ritel (SR012). Selain itu, juga terus mengedukasi dan mendorong penjualan reksa dana pasar uang, yang bisa menjadi pilihan bagi investor dalam jangka pendek.

Keempat, Bareksa segera meluncurkan BareksaEmas, yakni fitur jual-beli emas secara online dengan fasilitas titipan. “BareksaEmas diharapkan bisa menjadi safe haven investment (aset aman) yang dapat menjadi alternatif sekaligus diversifikasi investasi bagi masyarakat Indonesia di tengah ketidakpastian saat ini,” ujarnya.

Baca Juga: Ragam upaya uang elektronik agar bisa bertahan tanpa bakar uang

Di sisi lain, pekan lalu pemerintah telah meluncurkan stimulus fiskal dan non-fiskal untuk meredam dampak COVID-19 terhadap perekonomian Indonesia. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan dampak dari stimulus itu secara bertahap akan memperbaiki kinerja korporasi, dan akan diikuti dengan respons positif dari market.

"Paket stimulus yang dikeluarkan ini tidak langsung kepada pasar modal. Tapi kami harapkan bisa memberi confidence pada pelaku usaha baik sektor yang terkena secara langsung maupun tidak langsung termasuk investor pasar modal," Wimboh menerangkan dalam konferensi pers Stimulus Ekonomi Jilid II di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jumat pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×