kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Reksadana pasar uang berpotensi tertekan, ETF bisa jadi pilihan


Jumat, 21 Februari 2020 / 20:53 WIB
Reksadana pasar uang berpotensi tertekan, ETF bisa jadi pilihan
ILUSTRASI. Pengunjung beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (4/2/2020). Prospek ETF makin moncer seiring dengan pengembangan produk.


Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa instrumen investasi sedang tertekan saat ini. Misalnya saja, reksadana saham yang sedang lesu setelah diterpa berbagai masalah, mulai dari sentimen eksternal hingga internal. Selain itu, reksadana pasar uang juga berpotensi tertekan setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan.

BI menurunkan 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin (bps) menjadi 4,75% dari sebelumnya 5%. Pemangkasan suku bunga ini akan berdampak pada imbal hasil deposito dan obligasi. Kedua instrumen ini merupakan mayoritas aset dasar reksadana pasar uang.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan, di tengah huru-hara tersebut, investor dengan appetite yang lebih tinggi bisa membeli reksadana exchange traded fund (ETF) berbasis obligasi. Menurut dia, ETF obligasi memberikan banyak keuntungan menarik bagi para investor. “Risiko kredit rendah serta kinerja year to date yang sangat baik,” kata Farash kepada Kontan.co.id Jumat (21/1).

Baca Juga: Penurunan suku bunga acuan memperkuat pergerakan IHSG pekan ini

Selain itu ETF obligasi selalu mempertimbangkan tingginya likuiditas dengan menghitung risiko pasar yang rendah karena durasinya pendek. Dengan demikian, investor bakal mendapat return yang tinggi ketimbang memiliki langsung aset obligasi karena pajak yang ditetapkan hanya sebesar 5% untuk produk reksadana.

Farash optimis ETF berbasis obligasi dapat memberikan return sekitar 8,5% hingga 9% pada akhir tahun. “Contohnya produk kami ETF Avrist Fixed Bond Fund atau XAFA untuk kode di Bursa Efek Indonesia dengan target return sekitar 8,5% hingga 9% tahun ini,” ujar dia.

Baca Juga: Kembangkan Produk ETF, BEI Ubah Mekanisme dan Berikan Tambahan Insentif

Melansir berita Kontan sebelumnya, Head of Investmen Research Infovestas Utama Wawan Hendrayana memprediksi prospek reksadana ETF tahun ini akan moncer. Apalagi saat ini kinerja reksadana saham belum bisa bangkit dan masih di bawah indeks serta kinerja reksadana pasar uang akan sedikit tertekan karena pemangkasan suku bunga.

“Untuk investor institusi yang ingin masuk ke reksadana, reksadana ETF menjadi pilihan yang menarik. Sebab reksadana ini menawarkan diversifikasi, transparansi dan likuid, ditambah management fee yang relatif murah,” terang Wawan

Wawan memproyeksikan dana kelolaan reksadana ETF pada tahun ini bisa tumbuh mencapai 15% atau ke Rp 23 triliun-Rp 24 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×