Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) industri reksadana berhasil catatkan kenaikan sepanjang 2021. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada akhir 2021, AUM industri reksadana mencapai Rp 579,95 triliun atau naik 1,12% dari periode sebelumnya yang sebesar Rp 573,54 triliun.
Jika diperinci, reksadana global menjadi jenis produk reksadana dengan pertumbuhan AUM paling signifikan, yakni dari Rp 12,65 triliun menjadi Rp 19,43 triliun atau naik 53,60%. Sementara reksadana terproteksi jadi yang paling buruk karena dana kelolaannya menyusut 27,98% dari Rp 145,27 triliun menjadi Rp 104,63 triliun.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, tumbuhnya dana kelolaan reksadana global tidak terlepas dari kinerjanya yang baik sepanjang 2021. Hal ini seiring dengan perkembangan pasar modal di luar Indonesia yang sudah pulih duluan ketimbang Indonesia sehingga ikut mengangkat kinerja reksadana global.
“Apalagi, dengan booming sektor teknologi pada 2021, reksadana global yang punya eksposur tinggi terhadap saham-saham teknologi perusahaan asing ikut terangkat kinerjanya. Dengan sendirinya ini membuat dana kelolaannya tumbuh pesat,” kata Wawan kepada Kontan.co.id. Kamis (6/1).
Baca Juga: Dana Kelolaan Industri Reksadana Tumbuh 1,12% di 2021
Sementara untuk reksadana terproteksi, Wawan mengatakan menyusutnya AUM tidak terlepas dari adanya implementasi pengurangan pajak SBN menjadi 10% yang membuat reksadana terproteksi tak terlalu menarik.
Ditambah lagi, pada Mei 2021, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) keluar secara besar-besaran di reksadana terproteksi sehingga memukul dana kelolaan industri reksadana.
Pada tahun ini, ia menyebut reksadana global masih jadi salah satu instrumen yang menarik karena selain potensi kinerjanya, juga menawarkan diversifikasi portofolio bagi investor. Hanya saja, reksadana ini punya batas masuk yang tinggi sehingga membuat tidak semua investor bisa membeli produknya.
Namun, dengan pemulihan ekonomi di Indonesia pada tahun depan, secara umum ia meyakini industri reksadana akan membaik, baik dari sisi kinerja maupun dana kelolaannya. Apalagi, dengan mempertimbangkan pasca keluarnya BPKH dari reksadana, kinerja industri ini terus mencatatkan perbaikan sehingga memberikan peluang yang baik di 2022.
Ia menghitung, semenjak bulan Juni alias setelah keluarnya BPKH, AUM industri reksadana bisa tumbuh sekitar 8%. Ditambah lagi, kinerja reksadana saham dalam tiga bulan terakhir juga mulai membaik setelah saham-saham bluechip mengejar ketertinggalannya.
Baca Juga: Inilah Racikan Portofolio Reksadana Saham Juara Tahun 2021
Dengan menggunakan asumsi tersebut, bukan tidak mungkin pada tahun depan dana kelolaan reksadana bisa tembus Rp 620 triliun.
“Apalagi dengan tren pertumbuhan investor baru yang sangat pesat, ini akan turut mengembangkan industri reksadana pada tahun depan. Reksadana pasar uang dan pendapatan tetap akan jadi pintu masuk para investor karena sifatnya yang aman dan memberikan imbal hasil yang lebih pasti ketimbang saham,” tutup Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News