Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki semester II-2024, harga komoditas batubara global kembali memanas. Merujuk tradingeconomics, tren harga batubara kembali menanjak sejak memasuki akhir bulan Juli dan kini menuju level US$ 150 per ton.
Pada perdagangan Rabu (14/8), harga batubara naik tipis 0,10% ke posisi US$ 146,90 per ton. Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Inav Haria Chandra mengamati penguatan harga batubara dalam satu bulan terakhir antara lain ditopang oleh permintaan energi substitusi.
Tensi geopolitik Rusia dan Ukraina yang kembali memanas menyebabkan kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan suplai gas alam. Kondisi ini berbarengan dengan membaiknya prospek perekonomian di Eropa.
Baca Juga: Ekspansi Melalui Anak Usaha, Cek Rekomendasi Saham DOID, INDY, DSSA hingga LABA
Selain itu, Agustus merupakan bulan terpanas sepanjang tahun di China. Suhu tinggi ini menyebabkan beban listrik melonjak, dan pembangkit tenaga batubara biasanya menjadi sumber energi utama guna menjamin pasokan listrik.
Research Analyst Phintraco Sekuritas Muhamad Heru Mustofa sepakat, kebutuhan batubara di China berpotensi memicu kenaikan harga batubara dalam beberapa waktu ke depan. Katalis lain yang akan berpengaruh terhadap pasar batubara adalah fenomena La Nina.
"Harga komoditas batubara berpeluang untuk melanjutkan kenaikan seiring dengan potensi terjadinya fenomena La Nina, yang dapat mengganggu pasokan batubara global," kata Heru kepada Kontan.co.id, Rabu (14/8).
Outlook harga komoditas yang lebih positif pada paruh kedua tahun ini berpotensi menjadi katalis pendongkrak kinerja keuangan emiten batubara. Meski belum seluruh emiten merilis laporan keuangan semester I-2024, tapi dapat tergambar bahwa mayoritas emiten batubara mengalami penurunan kinerja secara tahunan.
Baca Juga: Rekomendasi 7 Saham yang Cum Dividen Interim Pekan Ini & Pekan Depan
Analis RHB Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi mengamati performa keuangan semester I-2024 emiten batubara secara umum sesuai ekspektasi. Penyebab utama penurunan kinerja mayoritas emiten lantaran harga rata-rata batubara lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Wafi memprediksi kenaikan harga batubara akan memperbaiki kinerja keuangan emiten dibanding semester pertama. Apalagi, para emiten sudah bisa menggenjot produksi batubara pada semester kedua ini setelah mengantongi izin Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dari pemerintah.
"Kelihatannya produksi akan pulih di semester kedua. Juga ada potensi kenaikan demand batubara di Indonesia maupun negara-negara tujuan ekspor, di tengah ekspektasi pulihnya kegiatan ekonomi," kata Wafi.